3

472 43 2
                                    

Build hampir saja terlelap karna kelelahan andai saja sentuhan di area bawah tubuhnya tak mengejutkannya.

"Argh!" erang kesakitan kembali terdengar. Build terkejut saat Bible sudah berada di sisinya dengan segala perlengkapan itu. Kapan dia menyiapkan semuanya? Kenapa Build tak menyadarinya?

"Tahan sebentar," Bible menggenggam tangan Build yang hampir memukul kepalanya.

"Sakit," suara Build terdengar seperti desisan.

"Harus segera dibersihkan sebelum mengering. Itu akan semakin sakit," Bible terdengar sabar. Tangannya yang memegang handuk kecil hotel yang sudah direndam air hangat kini tengah berusaha membersihkan tubuh Build. Utamanya bagian bawah.

Untung saja Ta memesan kamar yang bagus. Kamar luas yang dilengkapi ruang tamu dan dapur kecil itu cukup membantu Bible. Build mungkin tak sadar bahwa dia memang sempat tertidur setelah kegiatan panas mereka selesai. Bible segera beranjak ke dapur untuk memasak air. Mengambil mangkok kaca berukuran sedang dan mencari handuk kecil di kamar mandi. Sambil menunggu air mendidih, Bible sempat membersihkan dirinya terlebih dahulu.

Setelah memastikan bahwa campuran air di mangkok itu cukup hangat, Bible mulai merendam handuknya. Dengan perlahan, Bible mulai membersihkan tubuh Build yang kacau. Tentu saja itu sakit saat menyentuh lubang Build yang terluka. Build harus menggigit bibirnya sendiri untuk menahan sakitnya.

Terlebih, bukankah ini memalukan?

"Aku akan melakukannya sendiri," Build tak mampu menatap pria di hadapannya itu. Wajahnya kembali panas. Antara rasa sakit, canggung, dan malu tentunya.

"It's ok," Bible nampak bebal. Tak menghentikan tangannya sendiri untuk tetap merawat Build dengan perlahan. Setelah memastikan semuanya bersih, Bible mengoles salep ke bagian yang luka.

"Tunggu. Sungguh, aku saja," Build tak sadar bahwa wajahnya memerah. Ini lebih memalukan dibanding dia harus menggigiti leher dan dada Bible.

"Aku sudah melihatnya, kenapa kau harus semalu itu," dan ucapan Bible tak menolong sama sekali.

"Biarkan aku saja," kini suara Build terdengar sedikit kesal.

"Hemat saja tenagamu," Bible tetap membuka kembali kaki Build agar dapat mengoles salepnya tepat di luka yang sudah dia buat. "Bagaimana pun aku harus bertanggung jawab."

Ucapan terakhir Bible justru membuat Build gugup.

"Tanggung jawab apa? Aku tidak perlu dipertanggungjawabi," Build meninggikan suaranya.

"Tentu saja tanggung jawab karna telah melukaimu," Bible menjawab dengan senyum tipis yang terlihat menyebalkan.

"Dengar, kau jangan salah paham. Ini bukan pertama kali aku melakukannya. Ini hanya karna kau terlalu kasar saja, itu sebabnya jadi berdarah," Build mulai meracau.

"Itu sebabnya, aku bertanggung jawab karna aku telah berbuat kasar," Bible justru membuka kaki Build lebih lebar.

"Aaagh, sial! Pelan-pelan!"

.

.

.

"Tidurlah. Pulang besok saja. Lagipula kamar dipesan per malam, bukan per jam," Bible sudah rapi saat melirik Build yang tengah bersiap-siap juga. "Aku akan pulang, jadi kau bisa istirahat dengan nyaman."

Build sebenarnya sangat lelah. Bagian bawah tubuhnya juga masih nyeri. Dia sempat berpikir untuk meminta Apo menjemputnya. Namun, tawaran Bible cukup menggoyahkan niatnya. Kamar ini teramat nyaman. Sepuluh kali lebih nyaman dari kamarnya dan Apo. Ini pertama kalinya dia menginap di kamar hotel sebagus ini.

"Hn...," Build mengangguk ringan. Bible menghampirinya. Aroma sabun hotel menguar. Sedikit mengaburkan aroma mint di tubuh Bible.

"Namaku Bible," ucapnya ringan. Suaranya lembut, bertolak belakang dengan wajahnya yang garang. Meski saat berubah sedikit serak, itu akan menjadi seksi.

Build menggeleng. Ingin menampar pipinya sendiri. Bisa-bisanya dia mengamati detail pria di depannya ini.

"Aku tahu. Kita kan sudah berkenalan. Aku tidak pikun," Build mengoceh untuk menghalau pikirannya agar tidak terbang terlalu jauh. Lalu, saat dia mengangkat wajahnya, senyuman itu menyambutnya. Itu hanya senyuman singkat. Karna setelahnya, Bible benar-benar beranjak pergi.

Hanya meninggalkan aroma mint yang mulai menguap.

.

.

.

###

Itu sudah pukul 09.00 saat Build membuka mata. Berencana merenggangkan otot-otot tubuhnya, Build justru menjerit kesakitan.

"Sial! Kenapa masih sakit sekali," dia menggerutu kesal. Meraih ponsel di meja, Build terkejut karna ada banyak panggilan tak terjawab. Semuanya dari Apo. Sahabatnya itu pasti sangat mengkhawatirkannya. Dia benar-benar tertidur pulas semalam. Tak tahu apa saja yang telah terjadi di dunia.

To: Apo

Jemput aku sekarang!

Setelah mengirim pesan, Build berusaha beranjak menuju kamar mandi. Langkahnya tertatih-tatih. Tangannya meraih dinding agar tubuhnya tak limbung.

Saat air hangat mengguyur tubuhnya, itu cukup menenangkan. Segala pikiran buruk, dia coba untuk keluarkan. Agar menguap bersama air hangat yang mengalir di tubuhnya.

Setelahnya, Build siap menghadapi hari yang baru.

.

.

.

"Kupikir kau sudah mati," sejak masuk ke kamar hotel, Apo terus saja mengomel.

"Aku memang kesakitan sampai rasanya seperti akan mati," Build memegang lengan Apo dengan kuat untuk menahan tubuhnya. Mereka harus segera pergi karna waktu check out tinggal 1 jam lagi. Apo ada kuliah pagi sehingga Build harus menunggu sedikit lebih lama di hotel.

"Kau bercinta atau disiksa? Kenapa jadi pincang begini?" tidak jelas apakah Apo khawatir atau mengejek.

"Kau coba saja agar tau bagaimana rasanya," Build merajuk.

"Kupikir kau adalah si Build penakluk segala rasa sakit di dunia," Apo terkikik.

"Berisik!" Build ingin sekali memukul bibir Apo yang terus saja mencibirnya.

"Kau benar-benar keren. Pelanggan pertamamu pasti orang kaya. Hotel mewah, uang 25 juta, itu gila!" Apo hampir saja menarik perhatian banyak orang karna suaranya yang keras.

"Kenapa kau tidak sekalian umumkan saja ke seluruh dunia?" kali ini Build memukul ringan belakang kepala Apo.

"Apa dia tampan?" Apo tak juga berhenti. Sambil menyalakan mesin motor dan menunggu Build naik, Apo masih saja menggodanya.

"Biasa saja," Build berbohong.

"Lalu, apa dia hebat?" Apo menaik turunkan alisnya. Benar-benar ingin membuat Build kesal.

"Bicara lagi, besok aku benar-benar akan menjual ginjalmu," Apo justru terbahak-bahak. Dia puas melihat wajah kesal Build.

.

.

.

TBC

Is It Ok?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang