12

349 41 1
                                    

Bible dan Jane masih sama-sama terdiam meski sudah sejak 10 menit lalu mereka bertemu. Jane yang meminta Bible meluangkan waktunya karna Jane yang paling tau betapa sibuk mantan suaminya tersebut. Jane datang lebih dulu ke restoran dan menunggu Bible sekitar 15 menit. Bible tak pernah tak tepat waktu, tapi Jane sengaja menunggu. Restoran tempat mereka bertemu ini pun, Jane yang tentukan. Tempat di mana pertama kali mereka bertemu.

Sampai makanan yang mereka pesan sudah datang, tak satu pun dari keduanya mengeluarkan suara. Suasana restoran yang sepi kini makin hening. Hanya suara ketukan alat makan mereka yang bertubrukan tanpa sengaja. Itu pun hanya sesekali.

"Bagaimana kabar Venice?" akhirnya Jane memulai.

"Bukankah beberapa hari lalu kau menemuinya?" jawab Bible. Seperti biasa, Bible tetaplah laki-laki sopan yang lembut. Itu takkan pernah berubah dari sudut pandang Jane.

"Maaf, tidak mengabarimu," suara Jane benar-benar penuh sesal. Selalu seperti itu sejak pengadilan mengabulkan perceraian mereka.

"Jaga makananmu. Kau terlihat semakin kurus. Jangan lupa minum vitamin. Aku tidak bisa menyiapkan semuanya seperti dulu," Jane tidak bisa menahan air matanya lagi setelah mendengar Bible berucap demikian. Laki-laki itu selalu irit bicara. Menunjukkan segalanya dengan sikap dan perbuatannya. Namun malam ini, kalimat panjangnya terdengar menyakitkan.

"Hn...," Jane mengangguk perlahan. Mengusap air matanya dan berusaha tersenyum kembali.

"Datang kapan saja. Tidak perlu izin. Venice adalah putramu," Bible mengambil sup di depannya. Menuangkan pada mangkok kecil milik Jane. "Itu sudah hangat. Sup kesukaanmu."

Lagi-lagi, Jane hanya mengangguk. Menuruti Bible, dia mulai menyendok sup tersebut ke dalam mulutnya. Rasa sup di restoran itu masih sama. Tak pernah berubah.

Seperti halnya sikap Bible padanya.

.

.

.

###

"Biu, jangan berjalan terlalu cepat. Perutku masih penuh," Apo berjalan lebih cepat dengan susah payah untuk mengimbangi langkah Build.

"Siapa suruh menghabiskan 2 loyang pizza sendirian. Kau bahkan hanya memberiku sepotong," balas Build kesal. Langkahnya justru makin cepat.

"Kau sendiri yang bilang akan mentraktirku," akhirnya Apo berhasil meraih lengan Build. Memaksa roommate-nya itu untuk berhenti karna perutnya kini benar-benar sakit.

"Mentraktir bukan berarti kau bisa habiskan semua!" Build menoyor kepala Apo dengan gemas. Apo hanya meringis.

"Sudah, jangan kesal lagi. Ayo berhenti sebentar. Perutku benar-benar sakit," ucap Apo sambil memegangi perutnya. Build pun menyerah. Dia melihat Apo sedikit meremas perutnya. Membuatnya mau tidak mau menjadi sangat khawatir.

Mereka memilih duduk di bangku panjang depan pertokoan yang dekat dengan trotoar. Jalanan masih ramai. Banyak kendaraan di parkir di pinggir jalan sehingga menghalangi pandangan mereka.

"Tunggu sini. Aku carikan obat," Build beranjak. Pandangannya melebar mencari apotek terdekat. Namun, yang terjadi justru matanya kini menangkap pandangan yang tidak dia harapkan.

Itu adalah Bible dan Jane yang baru saja keluar dari restoran. Berjalan beriringan ke tempat parkir. Begitu dekat dan rapat.

'Istrinya cantik,' Build bicara pada batinnya sendiri. Langkahnya terhenti begitu saja. Arah pandangnya masih pada dua sosok yang sama dan bergerak sesuai dengan perpindahan mereka.

Dilihatnya Bible yang membuka pintu mobil untuk Jane. Memandangi mobil tersebut hingga hilang ditelan keramaian jalanan. Saat Bible beranjak, mata mereka saling bertemu.

Is It Ok?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang