Build meringkuk di ranjangnya sesaat setelah masuk ke kamar. Apo hanya menatapnya prihatin. Sejak neneknya harus bolak balik ke rumah sakit, Build menjadi kehilangan semangat hidup. Apo tau benar bahwa Build ingin sekali pulang. Memeluk dan menemani neneknya di saat-saat yang sulit ini. Namun, Apo juga tau bahwa Build harus bekerja berkali-kali lipat kerasnya agar tetap bisa memastikan bahwa neneknya mendapatkan perawatan yang layak. Build hanya punya neneknya saat ini. Apo bisa mengerti jika Build akan melakukan apa pun agar neneknya bisa tetap berada di sisinya.
Apo ingin merebahkan diri di samping Build. Memeluk sahabatnya itu seperti biasa. Namun, dia harus pergi. Kisah hidupnya tak lebih baik dari Build. Jika Build hanya punya nenek, Apo hanya punya Barcode, adiknya. Apo harus bekerja keras agar bisa menghidupi dan menyekolahkan adik dan dirinya sendiri. Sama seperti halnya Build, Apo menerima segala pekerjaan asalkan ada uang lebih yang bisa didapat.
"Aku berangkat," Apo menepuk paha Build yang masih saja menekuk tubuhnya. Sekilas, Apo bisa melihat Build mengangguk. Makin hari, langkah keduanya makin berat. Mereka sama-sama tidak tau, masa depan seperti apa yang menanti mereka. Bahkan, mereka tidak yakin, mungkinkah ada masa depan untuk mereka?
.
.
.
Build melihat layar ponselnya dengan malas. Baru saja Bible mengirim jadwal baru untuk Ta. Tidak ada masalah dengan jadwal baru itu. Hanya saja, Build merasa aneh saat menggenggam ponselnya. Mungkin karna ponselnya masih baru. Atau mungkin karna harganya sangat mahal. Atau juga karna ponsel ini hanya dia pinjam. Atau ... karna semua jawabannya merujuk pada satu orang? Build menggelengkan kepalanya. Seolah, dia baru saja berdebat dengan dirinya sendiri.
Build bingung dengan hubungannya dan Bible. Dia tidak tau bagaimana bersikap di depan laki-laki itu. Setiap kali dia berusaha untuk melupakan malam itu, semua akan sia-sia ketika Bible benar-benar ada di hadapannya. Bukan. Bukan karna malam itu berkesan. Setidaknya, Build takkan mengakui itu. Bagi Build, itu hanya one night stand, tapi di sisi lain sangat aneh harus bertemu dengan patner ons-mu. Apalagi malam itu dia dibayar. Jelas, itu menjadi salah satu hal yang menyakiti harga dirinya. Lalu, status Bible sebagai bosnya. Itu dua kali menginjak harga dirinya. Namun, dia butuh uang. Build hampir gila kerja demi mengumpulkan banyak uang. Dia tidak peduli apakah dia sudah tidur, makan, atau bahkan beristirahat sejenak. Baginya, setiap detik waktunya, harus bisa dia manfaatkan untuk mencari uang.
Dan Build tau, Bible bisa memberinya banyak uang.
.
.
.
###
"Mantan istrimu datang ke rumah," Bas menyapa Bible dengan kabar tak menyenangkan. Ekspresinya tak kalah kesal. "Dia minta untuk membawa Venice jalan-jalan. Tapi, tenang saja. Aku melarangnya."
"Lain kali, biarkan saja. Dia ibunya," Bible menjawab tanpa melihat ke arah Bas. Atensinya penuh pada berkas menumpuk di mejanya.
"Kau gila?" Bas hampir berteriak. "Kau lupa siapa mantan istrimu?"
"Siapa pun dia, dia takkan menyakiti anak kami," Bible terlihat tetap tenang meski gerakan tangannya yang sibuk membolak-balik kertas kini terhenti.
"Kau yakin? Kau masih muda dan lupa yang dia lakukan? Kau pikir Venice menjadi seperti sekarang karna siapa?" Bas tidak mengerti mengapa dia harus bicara atas keadilan bagi Venice. Bahkan, dia sendiri yang bilang bahwa dia tidak tahan berlama-lama dengan bocah itu.
"Memang Venice kenapa?" kali ini Bible menutup dokumen yang sedang dia periksa. Menatap lekat pada Bas. Bas sedikit bergetar. Dia tau saat ini dia telah salah bicara. "Venice tumbuh dengan baik. Sangat baik. Tidak ada yang salah dengannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Is It Ok?
FanfictionTa dibantu oleh Bas telah membuat kesalahan besar yang menimbulkan kekacauan. Korbannya kali ini adalah Bible. Mereka mencuri data diri Bible untuk melakukan kencan satu malam dengan orang tak dikenal secara random. . . . Pertemuan yang terjadi mel...