Build mendongak saat mendengar deru suara mesin mobil berhenti di dekatnya. Sebuah mobil hitam mewah. Detik berikutnya, sekitar 3 orang laki-laki keluar dari mobil dan mendekatinya.
"Kalian siapa?" Build menyembunyikan getar salam suaranya. Ponsel di tanganya menekan layar secara cepat sebelum seseorang dari mereka menampar tangannya hingga ponsel pinjaman itu terjatuh. Build hanya menatap ponsel itu dengan tatapan nanar.
'Sial. Jika rusak, berapa dia harus membayar?'
Tatapan marahnya beralih pada 3 laki-laki yang mencoba mengintimidasinya. Hingga, matanya menangkap kode dari salah satu laki-laki itu. Selanjutnya, semua terjadi begitu cepat. Satu diantara mereka menendang perutnya dengan sangat keras. Satu lainnya menyandera kedua tangannya ke belakang.
"Bawa masuk," satu yang tersisa melangkah lebih dulu ke arah mobil. Tubuh Build diseret paksa menuju mobil hitam itu. Perutnya masih sakit akibat tendangan laki-laki tak dikenalnya itu.
'Siapa mereka? Apa mereka suruhan rentenir? Tapi, aku sudah membayar cicilan utang untuk bulan ini.'
Selagi pikirannya berkecamuk, Build mencoba menebak siapa kira-kira 3 laki-laki sialan yang menyerangnya itu. Hingga saat laki-laki yang tadi menendang perutnya tengah membuka pintu mobil bagian belakang, Build dengan cekatan mndorong kaki kanannya ke arah pintu yang terbuka itu dengan kekuatan penuh yang dia punya. Tangan laki-laki itu terjepit. Menjerit dengan keras.
'Cih! Hanya tubuhnya saja yang besar. Baru begitu saja sudah menjerit-jerit.'
Saat teriakan itu terdengar, laki-laki yang tadinya akan masuk di pintu depan membatalkan niatnya. Beralih menatap kesal pada Build. Di sisi lain, satu orang yang sedang mengunci gerakan tangan Build, makin mengencangkan pegangannya. Bahkan, laki-laki yang tangannya tadi terjepit sudah melayangkan satu pukulan ke pipi Build dengan tangan lainnya.
Build hanya mendesis. Setetes darah segar mengalir dari hidungnya. Sebelum serangan berikutnya dia terima, Build lebih dulu menjejakkan kedua kakinya secara bergantian ke badan mobil untuk kemudian memutar tubuhnya dan melepas kuncian tangannya dari laki-laki yang tadi menyeretnya paksa.
Dua laki-laki itu terkejut. Hampir bersamaan menghalangi usaha Build untuk melarikan diri. Namun, siapa sangka, Build tidak lari. Setelah berhasil melepas tangannya, Build menendang tubuh laki-laki yang tadi menyanderanya hingga kedua laki-laki itu saling berbenturan. Menyatukan kedua genggaman tangannya untuk memukul kepala salah satu dari mereka. Lalu, sebelum beranjak, satu tendangan maut dia layangkan ke selangkangan salah satu dari mereka.
Build berbalik cepat. Sayang, sebuah pukulan telat mendarat ke wajahnya. Itu dari laki-laki yang tadinya akan mengemudi di depan.
Build terhuyung. Kepalanya seakan berputar. Belum lagi, menit selanjutnya tendangan bertubi-tubi menghujam tubuhnya dari berbagai arah.
'Brengsek! Beraninya main keroyokan!'
Build hampir tak ada kesempatan untuk menghindar, apalagi melawan. Saat wajahnya terjatuh ke aspal, salah satu dari laki-laki itu menarik rambutnya. Meludahinya.
"Kau suka kekerasan rupanya, ha?" suara berat yang menjijikkan itu berbisik ke telinga kirinya. Dengan sisa tenaga yang ada, Build membenturkan kepalanya sendiri ke dagu laki-laki itu. Sangat keras hingga Build yakin akan ada minimal satu gigi yang tertanggal.
Dua laki-laki lainnya tak tinggal diam. Build benar-benar memancing amarah mereka. Satu diantara mereka menarik tubuh Build hingga berdiri. Satu lainnya melayangkan pukulan dan tendangan secara brutal.
"Nenek sudah sehat. Kapan kau pulang? Nenek merindukanmu."
Ucapan neneknya 3 hari lalu kembali terngiang. Tidak, Build tau bahwa dia belum boleh mati. Siapa yang akan menjaga neneknya? Memenuhi kebutuhannya? Membiayai pengobatan dan perawatannya? Lalu, siapa yang akan melunasi utang-utang ayahnya?
Semua pertanyaan menyebalkan itu secara ajaib telah mengisi kekuatan pada tubuhnya. Build berteriak sekuat tenaga. Lalu, kembali menyerang laki-laki di depannya tepat di tengah-tengah ke dua himpitan pahanya. Laki-laki di depannya benar-benar tak belajar dari pengalaman. Build masih menyerang titik yang sama. Mungkin, kali ini benar-benar tak terselamatkan masa depan laki-laki itu. Selanjutnya, tubuhnya bergerak ke depan dan memutar dengan cepat sehingga laki-laki yang sedang memegangi kedua tangannya terhempas ke badan mobil. Kuncian pada tangan Build melonggar dan Build memanfaatkannya untuk menyerang ulu hati laki-laki itu menggunakan siku tangan kanannya.
Bugh!
Laki-laki itu meringis dan menekan dadanya yang sakit. Laki-laki lain yang kini mulutnya tengah berlumuran darah hampir melayangkan satu pukulan lagi ke arah Build. Beruntung, kali ini Build segera menyadarinya. Build menghindar tepat waktu sehingga pukulan itu justru membuat laki-laki itu kehilangan keseimbangan tubuhnya. Dalam sekejap, Build menendangnya dari belakang hingga tubuh itu tersungkur di jalanan yang entah mengapa hari ini menjadi lebih sepi dibandingkan biasanya.
Bagaimana pun, Build kehabisan tenaga. Dia belum makan. Mereka ada 3 orang. Meskipun sudah terluka, Build juga bisa dibilang telah babak belur. Jika ini diteruskan, bukan tidak mungkin bahwa Build akan mati nantinya. Jadi, satu-satunya yang bisa Build lakukan adalah segera pergi dari sana.
Berlari dengan panik dan sisa energi yang ada, Build sengaja memilih jalanan kecil karena khawatir mereka akan mengejar dengan mobil hitam itu. Kompleks mewah itu benar-benar sepi dan gelap. Seolah, rumah-rumah itu dibeli hanya untuk hiasan. Bukan untuk ditinggali.
Hingga akhirnya, di sebuah belokan, Build melihat seorang penjaga rumah besar di ujung jalan tengah keluar untuk membuang sampah. Hampir saja dia masuk dan mengunci gerbang, tapi Build berteriak padanya untuk meminta tolong. Build tau, ini terlalu riskan. Siapa yang akan mempercayaimu? Dia tak mengenal Build. Terlebih, saat ini Build penuh luka di tubuhnya. Bisa saja penjaga itu tak ingin ikut campur dalam masalah apa pun yang sedang Build alami saat ini.
Build terjatuh beberapa meter sebelum mencapai rumah itu. Build tidak tau apakah 3 laki-laki itu mengejarnya atau tidak. Yang jelas, saat ini dia kesulitan untuk berdiri.
"Khun Jakapan?"
###
"Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif. Silakan coba beberapa saat lagi."
Sudah lebih dari 20 kali Bible mencoba menghubungi nomor Build. Namun, ucapan wanita di seberang telepon masih saja sama. Puluhan pesannya pun tak berbalas, bahkan tak dibaca. Halte tempat mereka harusnya bertemu pun sepi. Tak menyisakan apa pun di sana. Bible sudah duduk di sana beberapa menit yang lalu.
'Apa dia sudah pulang? Apa dia marah karna aku terlalu lama? Ck.'
Bible masih terus mencoba. Dan hal yang sama yang dia dapat.
"Biu!" meski Bible tau itu percuma, dia tetap saja meneriakan nama itu. Masih berharap bahwa tutor adiknya itu sedang bersembunyi di suatu tempat dan hanya ingin mengejutkannya saja.
Atau.
Dia memang dipermainkan sejak awal?
.
.
.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Is It Ok?
FanfictionTa dibantu oleh Bas telah membuat kesalahan besar yang menimbulkan kekacauan. Korbannya kali ini adalah Bible. Mereka mencuri data diri Bible untuk melakukan kencan satu malam dengan orang tak dikenal secara random. . . . Pertemuan yang terjadi mel...