16

376 40 4
                                    

Apo bercerita tanpa jeda tentang pertemuannya dengan dosen yang paling dia benci yang ternyata justru menolongnya semalam. Alih-alih mengungkapkan rasa terima kasihnya, Apo justru terus mengutuk dosen itu dengan berbagai varian makian. Build biasanya akan menimpali. Build biasanya akan menasihati. Build biasanya akan menegur, bahkan memarahi roommate-nya itu. Namun, yang terjadi sepanjang kurang lebih hampir 1 jam itu, Build tak bersuara. Pandangan matanya lurus pada sahabat karibnya tersebut. Akan tetapi, pandangan itu nampak kosong. Hampa. Awalnya, Apo tak menyadari hal itu karena terlalu bersemangat dalam ceritanya. Hingga akhirnya, dia lelah karena tak ada tanggapan yang memotongnya terburu-buru seperti biasa.

"Biu?" Apo menatap lekat pada wajah Build. Lalu, menepuk pipinya ringan saat tak ada respons dari lawan bicaranya tersebut. "Hey!"

Kali ini Build tersentak. Siapa yang tidak tau suara menggelegar milik Apo? Berbisik saja dapat didengar dalam radius sekian meter. Apalagi berteriak. Telinga Build tiba-tiba terasa berdengung. Sialnya, reaksi itu hanya sesaat. Setelahnya, tetap tak ada suara.

"Biu? Apa jiwamu tertinggal di suatu tempat? Kau kenapa? Apa yang laki-laki 25 juta itu lakukan padamu?" Apo kembali histeris. Kali ini lebih dramatis. Hal itu justru berhasil mengembalikan Build ke alam sadarnya. Hal pertama yang Build lakukan adalah menggeplak belakang kepala Apo.

Plak!

"Biu!" Apo makin kesal. Kisahnya tak didengar. Tak direspon. Kini justru dia menjadi korban kekerasan.

"Berisik," Biu menutup acara bercerita siang itu. Berbaring di ranjanganya, lalu menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Mengabaikan Apo yang menjadi satu-satunya alasan kenapa dia ingin segera pulang. Yang terjadi, dia justru mengacuhkan alasan itu. Pikirannya tak ada di sini. Tertinggal entah di mana.

"Aaaaaaaaaghht!"

###

"Aku dan mantan istriku menikah karena perjodohan. Saat kami menikah, dia sudah dalam keadaan hamil. Anak dari mantan kekasihnya. Orang tuaku dan mantan mertuaku tidak tau itu. Sedangkan aku, aku tau sehari sebelum kami menikah."

"Sebenarnya, aku tidak ingin tau. Buka pintunya. Aku hanya ingin pulang."

"Jika kau jadi aku, apa yang saat itu akan kau lakukan?"

"Tidak tau."

"Kami mengenal sejak kecil. Aku sangat menyayanginya."

"Aku tidak peduli."

"Dia sudah seperti adikku sendiri."

"...."

"Bayi itu. Bayi yang ada dalam perutnya, aku tidak akan membiarkannya hidup tanpa seorang ayah. Dan wanita yang kusayangi sudah seperti adikku sendiri, aku tidak akan membiarkannya menjadi ibu tanpa suami. Jadi, aku menyimpannya untukku sendiri. Dan pernikahan itu terjadi."

"Lalu, kenapa berpisah?"

"Karna dia tidak mencintaiku."

"Kau ... mencintainya?"

"Aku menyayanginya. Istri dan anakku."

"...."

"Biu."

"...."

"Boleh aku memanggilmu, Biu?"

"Terserah."

"Boleh aku mengenalmu?"

"...."

"Biu, boleh aku mendekatimu?"
.

Is It Ok?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang