Saat cinta manusia membuat mu kecewa. Itulah cara Allah mengenalkan mu bahwa hanya
cinta nya lah yang paling sejati.Tak ada pembicaraan di dalam mobil. Defan tertidur pulas di pangkuan Ara. Bahkan anak itu tidak bergerak dari tempatnya sama sekali.
Ara bergerak memperbaiki posisi duduknya. Sejak tadi pahanya kram dan tak mampu bergerak leluasa. Ujung mata Pram melihat perempuan itu bergerak dengan hati-hati.
"Sebentar lagi mau sampai," ujar Pram.
"Iya Mas," ujar Ara canggung dan mengingat sikap anehnya di restourant. Disepanjang perjalanan ia merutuki dirinya yang tak jelas sama sekali.
Pram menarik nafas panjang sebelum berniat mengangkat telpon Mayor Gunawan. Satu hal yang akan digaris bawahinya adalah masalah tadi siang. Ia memperbaiki letak headset ditelinganya dan menyambungkanya segera.
"Pak Gunawan ada yang bisa saya bantu?"
"Apa ada perkembangan hari ini?" tanya Gunawan. Ternyata dugaan pertama Pram salah. Ia mengira Maura akan melaporkan segera penolakan dirinya.
"Pram."
"Iya Pak." Pram menyusun kata diotaknya secepat mungkin. Ia tak tega untuk melukai hati atasanya tersebut. Meski begitu, jujur di awal adalah jalan terbaik.
"Maaf Pak tapi saya tidak bisa melanjutkan keinginan Bapak dan untuk Maura saya sudah jelaskan apa yang bisa saya sampaikan."
"Apa kekurangan Maura untuk kamu Pram?" tanya Gunawan yang sudah tahu akan kisah mereka di waktu dulu. Seberapa cintanya Maura pada Pram dan bagaimana usaha ia agar cepat lulus kedokteran.
Ara mendengar seksama dan sekarang ia bisa mengerti kegundahan Pram. Ia menoleh ke jendela saat Pram berbalik ke arahnya. Dengan alibinya ia menatap seksama rintik hujan yang ada.
"Hanya Maura yang bisa menjawabnya Pak. Saya minta maaf untuk semua ini."
Sambungan telpon dimatikan Pak Gunawan secara tiba-tiba. Bukan itu yang ia inginkan. Lalu bagaimana keadaan Maur setelah mendapatkan penolakan Pram.
"Mas Pram udah mau menikah?" tanya Ara secara tiba-tiba.
"Tidak," jawab singkat Pram yang terus fokus mengemudi.
Ara tahu akan pertanyaan privasi yang ia lontarkan. Ia cukup penasaran dengan kehidupan seorang Pram. Lantas siapa sebenarnya ibu Defan.
Ara meminta Pram menepikan mobilnya. Ia tersadar akan kewajiban yang ia harus tunaikan. Saat di Mall waktu sholat duhur telah tiba namun, Ara hanya mengabaikan dan berharap secepatnya bisa pulang. Semuanya nihil ketika banyak waktu yang ia habiskan di restourant.
"Mas Pram nggak mau ikut sholat juga?"
"Kamu aja," balas lelaki itu yang kembali pada ponselnya. Ara menatap Pram sebentar dan berpikir bagaimana mungkin pria yang sehat tak sholat. Setelah itu ia beristigfar mencampuri urusan orang lain. Bukankah setiap kewajiban yang dilakukan untuk tuhan akan dipertanggungjawabkan masing-masing. Apa salahnya ia mencoba mengajak lelaki itu.
Ara merapalkan tanganya memohon pintu rahmat dari sang ilahi. Tak lupa dalam setiap kesempatan yang ia miliki. Doa untuk ibunya terus ia curahkan tak peduli apa yang telah terjadi. Lembaran baru kini terbuka dan menanti Ara untuk melangkah.
Ara menepuk pipi Defan. Anak itu hanya bergerak mereganggkan tangan dan kembali pulas. Ara mengambil inisiatif untuk menggendongnya saja.
"Biar aku aja. Defan agak berat lo."
"Nggak apa-apa," tolak Ara. Ia verjapan masuk mendahului Pram.
Ara langsung disambut tatapan lurus oleh seorang nenek. Ia terkejut karena tak pernah melihat dan tak tahu itu siapa. Namun Pram melangkah mendekat pada nenek dan menyalaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRAMUDYA
AcciónKisah yang paling banyak terjadi adalah dokter berpasangan dengan Tentara. Namun kisah ini bertolak belakang dengan realita yang biasa terjadi. Araya Putri Wirasena gadis yang menjadi relawan bencana alam harus memenuhi keinginan Arin. Gadis yang d...