04. Dirgaska Pelindung Eryn

311 23 0
                                    

“Balik El, air mata Eryn terlalu berharga buat tangisi cowok sebrengsek lo.” - Dirgaska

“Aku tidak gila, aku masih ingin hidup. Tapi harus ada kamu.”
- Eryn

°°°

Bolos.

Eryn sengaja kabur ditengah jam pelajaran dengan alasan klasik, siang yang terik terpaan angin menyambut nya begitu menapaki di atap sekolah.

Eryn hanya fokus pada gumpalan awan putih di langit, tidak mengindahkan dirinya tidak sendirian. Aska menghentikan aksi nya yang sedang merokok, buru-buru lelaki itu menginjak puntung rokok yang tersisa setengah dengan sepatunya.

“Nggak papa, Aska gak perlu berhenti karena Eryn.” Gadis itu tau bahwa Aska sangat menghargai dirinya, sebagai perempuan bersih udara.

“Nggak Ryn, lo harus selalu aman.” jawab Aska tersenyum manis.

Aska melangkah mendekati Eryn, angin cukup kencang di atap sekolah itu membuat rok Eryn sedikit terangkat.

“Izin ya, Ryn.” kata lelaki itu menyampilkan jas ke pinggang Eryn.

Mendengar perkataan tulus lelaki itu justru Eryn merasa tidak nyaman, meskipun yang anggota Dirgaska lakukan sepenuh hati ingin menjaga dirinya.

“Pesan dari Alvaro, lo balik sama Alan. Kayaknya itu ketua lagi banyak urusan, tapi kalau lo ada butuh apa-apa panggil aja gue atau anak-anak Dirgaska yang lain. Oke?”

Eryn mengangguk pelan. Gadis itu hanya berdeham sebagai respon, sebelum mengalihkan lagi pandangan nya.

Aska memaklumi perubahan sikap Eryn, sangat berubah drastis sejak beberapa bulan lalu. Eryn mungkin sedang membutuhkan waktu merenung sendirian, namun perasaan lelaki itu tidak ingin meninggalkan gadis di samping nya.

Aska ikut menumpukan tangan nya ke pembatas besi seperti Eryn.

“Jangan kayak gini Ryn, gue punya adek perempuan. Kalau dia lecet dikit aja, gue ngerasa bersalah banget. Padahal udah gue jaga mati-matian, tapi adek nya yang ceroboh kelewatan hiperaktif. Kai juga pasti gitu, gak mau lo kenapa- napa.”

“Eryn juga gak mau kayak gini, tapi Kai juga jahat. Dia gak sayang adek angkat nya lagi, makanya dia pergi tanpa mau peluk Eryn dulu, tanpa nunggu Eryn sampai siuman.” ucap gadis itu menatap Aska.

Kosong, Aska bisa menangkap kesedihan yang di pendam gadis itu. Anak rambut Eryn berterbangan, Aska refleks memperbaikinya.

“Hari ini juga El gak masuk sekolah, tiap kali guru absen kehadiran nama El gak pernah disebut. Padahal kan nama dia sebelum Eryn?”

Eryn selalu menantikan hal itu, nama Elvan disebutkan sebelum dirinya.

“Nanti kalau ada orangnya, pasti disebut lagi namanya.” kata Aska berusaha menghibur Eryn, meskipun dia tidak yakin dengan perkataannya itu.

Eryn mengangguk, mengukir senyum tipis. “Iya, El pasti bakal pulang.”

Kepastian gadis itu adalah kenyataan yang akan dia telan habis, Aska merasa kasihan pada nasib Eryn. Dari kecil hidup dengan keluarga angkat, dia yatim piatu dan sekarang kakak angkat nya pun pergi untuk menjalani pengobatan.

ALVARO ; In The Time Of Losing YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang