“Jika semesta memberi kita ribuan sakit yang buat kita sedih, maka kita juga harus punya setidaknya satu alasan untuk tetap tersenyum, kita tidak boleh kalah sebelum waktu nya sampai.”
°°°
Akibat tidur dari jam sore sepulang sekolah, tanpa mandi dan mengganti pakaian terlebih dulu, Eryn tidur pulas di kasur sampai dia terbangun waktu malam namun belum terlalu larut. Jadinya sekarang Eryn tidak bisa tidur, dia sudah mandi dan berganti pakaian. Tapi dia tidak bisa berbuat apapun, karena hari juga sudah malam rasanya aneh tidur dari sore kemudian bangun sudah malam.
“Laper,” Eryn mengusap perut mungil nya.
Kaki putih Eryn dengan lesu menuruni tangga, pandangan cewek itu masih sayup ngantuk, Eryn melihat isi kulkas yang diisi banyak es krim, pasta instan, buah-buahan segar. Sepertinya Alvaro sangat berperan penting di hidup Eryn sekarang, cowok itu sangat perhatian bahkan selama Eryn tinggal dengan Alvaro. Cowok itu tidak pernah membiarkan Eryn kehabisan es krim di kulkas, tapi sekarang Eryn sedang tidak mau es krim.
Eryn memilih membuat coklat panas, Eryn mengambil gelas lalu menekan tombol dispenser untuk air panas. Namun karena tidak memperhatikan gelas nya sudah penuh, Eryn lupa menekan tombol nya alhasil air panas mengenai kaki Eryn.
“Sshh... Panas!” pekik Eryn reflek melepaskan gelas di tangan nya sampai pecah. Eryn memegang kaki nya yang terkena banyak air panas, sambil meniup tangan dan kaki putih nya.
“Sakit...” Eryn merintih kecil, kulit nya mulai memerah.
Mendengar suara pecahan gelas dan rintihan Eryn, Alvaro dengan cepat menghampiri Eryn yang masih duduk di lantai, air panas yang belum dimatikan pun menyebar ke lantai. Alvaro yang melihat itu langsung mematikan dispenser nya, cowok itu berjongkok di dekat Eryn.
“Sakit Al,” Eryn terisak, selain karena air panas dia juga kaget dengan kelalaian nya sendiri.
Alvaro memangku Eryn bridal style, takut kaki Eryn melepuh saat berjalan, Eryn memegang bahu cowok itu saat Alvaro membawanya duduk di sofa.
“Diam di sini,” Alvaro mengambil handuk kecil dan es batu untuk di kompres kan ke kaki Eryn.
Alvaro berjongkok di depan Eryn, mengompres kaki Eryn yang sudah memerah.
“Makanya jangan ceroboh, untung gak melepuh.” ucap Alvaro sambil meniup kaki Eryn.
Eryn cemberut, suasana hatinya yang semula sudah sebal kian memburuk, bibir Eryn mengerucut dengan alis menukik turun. Eryn mengemut jari tangan nya yang juga terkena air panas.
“Mana lagi yang sakit?” Alvaro duduk di samping Eryn setelah selesai mengompres, tatapan netra Alvaro terlihat mengkhawatirkan Eryn disisi nya.
Alvaro memegang tangan kecil Eryn, mengompres nya dengan hati-hati. Eryn memperhatikan bagaimana cara Alvaro menyentuh nya, cowok itu sangat berhati-hati seakan Eryn ini barang yang sangat berharga, sampai dengan menyentuhnya pun bisa merusak.
Entah hanya perasaan Eryn atau mungkin nalurinya yang merasa, kalau seharusnya dia tidak tinggal dengan Alvaro. Eryn bukan saudara kandung Alvaro, bukan sebagai adik atau sepupu, hanya saja keadaan ini yang membuat Eryn tidak salah tinggal dengan Alvaro. Tapi cowok itu juga memperlakukan Eryn dengan baik, menjaga jarak dan tau privasi, Eryn yakin Alvaro itu cowok baik, hanya saja mungkin sebagian orang pasti berpendapat lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVARO ; In The Time Of Losing You
Teen FictionKisah ini masih berlanjut, tentang Eryn Lyncia Keyravelin dan Elvan Laska Reyzantara setelah insiden besar yang merubah garis takdir kisah mereka. Apakah garis takdir itu mempersatukan mereka kembali? atau kisah mereka berkahir meninggalkan dan mem...