"Ketika aku mulai mencintaimu, ternyata kamu masih mencintai masa lalu."
°°°
Hari terakhir ujian, semua murid kelas XII lega akhirnya bisa bernapas setelah ujian telah berakhir. Tapi tidak dengan Eryn, dia justru gelisah hari yang ditunggu nya mereka tidak akan kembali.
Eryn memutuskan belum mau kuliah, meskipun dia masih memikirkan impian nya menjadi psikiater. Awalnya Eryn ingin berhenti saja hidup, dia tidak mau menjadi psikiater, impian nya sudah lenyap setahun lalu. Setelah kehilangan Elvan Laska Reyzantara.
Eryn ingin hidup tapi belum siap, dia terlalu takut melangkah lagi. Lagi pula, semua orang akan kembali meninggalkan nya sama seperti Alvaro. Eryn tau Alvaro berbohong, berjanji tidak akan meninggalnya, tapi kenyataannya.
"Setelah prom night, Al akan pergi ke Australia."
Eryn mendengar pembicaraan cowok itu dengan Papa nya, tidak mengapa. Eryn ikhlas, lagi pula siapa dirinya? Bukanlah seseorang yang berarti sampai menjadi alasan seseorang menetap.
"Kebetulan ketemu lo di sini,"
Eryn tersentak, dari kaca wastafel dia melihat Andriani tepat di belakangnya. Eryn berbalik, dia yakin itu bukan kebetulan walaupun dia tau ini toilet khusus cewek.
Andriani mendekati Eryn, tidak menghadap tapi menggeser posisi Eryn ke samping. Gaya berjalannya seperti model, dagu nya terangkat angkuh dengan langkah meliuk sempurna. Cewek berambut ungu di curly itu memoles liptin ke bibir nya, lalu dengan tangan slay memasukan benda itu ke saku seragam rapihnya.
Eryn memutar bola matanya, dari segi manapun orang bodoh pun tau kalau Andriani bukan dari kalangan biasa. Nama belakangnya Alexandra Luxian Agatha Chelsea Vanderwiz, ada yang bilang keluarganya kalangan konglomerat Rusia, anak manja pinter dan gaya nya elegant.
Masa bodo, Eryn tidak peduli.
"Gue udah peringatin lo Eryn, besok performance bagian lo. Tapi kali ini gue kasih lo kesempatan terakhir," mata ember Andriani bertemu dengan Eryn.
"Mundur atau reputasi lo hancur!" ancam Andriani penuh peringatan.
Alis Eryn menukik tidak suka, dia sama sekali tidak takut dengan cewek setengah siluman itu.
"Lo takut?"
Andriani tersenyum miring, wajahnya begitu sempurna dengan make up dan anting berlian sebagai riasannya. Jangan heran dengan peraturan sekolah Bumantara memperbolehkan muridnya berdandan selagi itu masih wajar dan sesuai keadaan, asal jangan berlebihan.
Satu lagi peraturan di sini, semua murid SMA Bumantara memiliki keadaan keluarga berduit. Tidak dipungkiri, semua penghuni nya tidak ada yang burik dan kurang pinter.
"Gue gak takut, tapi gue benci kalah!" tekan Andriani menggertak marah.
Berbeda dengan Eryn, kalem.
"Kalau lo punya rencana, harusnya lo gak perlu ancam gue. Ini cuma kompetisi tiga tahun sekali yang menentukan siapa Ratu paling popularitas dan pinter di angkatan kita, yang bakal namanya jadi ukiran aula." ujar Eryn.
"Gue tau lo cukup pinter, satupun nama lo gak ada diantara ratusan penghargaan yang gue dapetin. Tapi ratusan penghargaan itu gak ada gunanya, kalau gue belum dapetin tempat di hati cowok yang gue kejar sejak SMP sampai sekarang. Lo tau kan siapa dia? Amnesia lo mungkin gak kenal siapa gue, tapi gue tau banyak soal lo yang tinggal satu rumah sama cowok yang gue suka!" cecar Andriani mendorong Eryn keras.
Eryn terkejut, Andriani tau semuanya?
Andriani menampilkan senyum sinis nya, "Awalnya gue gak mau ngusik lo, tapi sejak cowok lo mati. Lo tinggal bareng Alvaro dan perlahan rebut dia yang nyaris jadi milik gue, lo sampah! Apa bedanya lo sama jalang murahan? Muka lugu lo itu gak bisa nutupin kenyataan buruk lo Eryn," picik Andriani.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVARO ; In The Time Of Losing You
Teen FictionKisah ini masih berlanjut, tentang Eryn Lyncia Keyravelin dan Elvan Laska Reyzantara setelah insiden besar yang merubah garis takdir kisah mereka. Apakah garis takdir itu mempersatukan mereka kembali? atau kisah mereka berkahir meninggalkan dan mem...