Pencarian Eryn belum juga kunjung membuahkan hasil, seluruh sudut sekolah sudah Alvaro singgahi. Eryn menghilang, padahal Alvaro meminta gadis itu menunggunya selesai rapat penyerahan kuasa.
"Ck, Lo pergi ke mana Eryn?" Alvaro khawatir, dia berhenti melangkah di tengah-tengah lapangan. Pelipisnya berkeringat, lelah setelah berlari ke penjara arah tidak membuahkan hasil. Gadis itu benar-benar merepotkan.
"Jawab telpon gue Eryn!" geram Alvaro napas lelaki itu setengah memburu, dia menyugar rambutnya kasar.
Alvaro tidak akan memikirkan Eryn di tengah masalahnya, kalau saja gadis itu tidak sakit jiwa. Karena pasti dia akan pulang kerumahnya.
"Lo udah ketemu Eryn di mana?" tanya Alvaro dalam sambungan telepon.
"Gak ada,"
"Bego! Nyari satu cewek aja gak becus."
"Sabar Al, ini kita cari satu Jakarta sekaligus. Lo harus tenang, Eryn gak bakal pergi jauh. Buat orang depresi dia bisa pergi ke tempat-tempat tertentu."
Alvaro memutar otak memikirkan jika dia di posisi Eryn, apa yang akan dia lakukan untuk menenangkan diri? Pergi ke sesuatu tempat di mana dia merasa bahagia?
Itu dia! Alvaro tau sekarang, dia menutup panggilan telepon dan bergegas menuju tempat perkiraan nya. Alvaro berharap semoga dia tidak terlambat.
Mobil Alphard Vellfire masih terparkir di halaman sekolah, lelaki itu menyalahkan mesin mobil. Hari sebentar lagi gelap, Alvaro cemas Eryn tidak akan kembali.
...
Matahari resmi tenggelam, pamit karena tugasnya hari ini telah selesai. Pantai menjadi tujuan roda berhenti berputar di tengah tempuran gulungan ombak. Lelaki itu mengingat perkataan Eryn semalam, hari ini dia akan merayakan satu tahun dengan Elvan. Eryn bercerita panjang, mengenai tempat favoritnya saat Elvan membawanya kabur saat sebelum dia diculik.
Alvaro menghela napas gusar, berlari membelah pasir putih.
"ERYN!" teriak Alvaro.
Alvaro kembali melanjutkan langkahnya, di atas tebing mata gelap lelaki itu mengedar ke segala arah.
"ERYN LYNCIA!"
Alvaro benar-benar frustasi, bagaimana kalau Eryn menjatuhkan diri di atas tebing? Atau menerjang ombak yang memburu menciptakan suara gaduh.
Lelaki yang masih memakai pakaian seragam itu memilih turun dari tebing, pandangan Alvaro menunduk. Dia kesulitan menjaga satu cewek dalam hidupnya yang begitu rumit. Alvaro merasa capek jika harus terus membohongi segalanya, dia takut jika dia kembali gagal. Masalahnya saja sudah cukup berat, apa lagi menjaga cewek milik saudaranya sendiri.
Sepercaya itu Elvan menaruh janji menyerahkan Eryn padanya, mereka mengatakan Alvaro pantas menjaga Eryn, tapi sebenarnya Alvaro adalah wujud lelaki brengsek yang gagal menyelamatkan perempuan bunuh diri di hadapannya. Dia berantakan, fisik dan mentalnya sudah lama terenggut. Semudah itu orang-orang memberi beban pada pundak lelaki pengidap Obsesif Kanpulsif. Padahal kenyataannya, tidak semua hal dia bisa genggam erat. Karena sekuat apapun Alvaro berusaha, takdir selalu memenangkan kehendak yang bertolak belakang. Alvaro juga manusia, meskipun dia seorang pemimpin bukan berarti dia mampu mengendalikan semua hal. Termasuk perasaannya, sakit jiwa dan fakta bahwa dia tidak bisa.
Tubuh tegap Alvaro akhirnya bisa menghela napas panjang, cukup tenang melihat siluet tubuh ringkih Eryn tengah duduk di sebuah vila.
Alvaro bergegas menghampiri Eryn, setelah sampai di depan matanya. Dia memeriksa seluruh badan Eryn, mungkin saja terdapat luka baru di tubuh bersih gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVARO ; In The Time Of Losing You
Teen FictionKisah ini masih berlanjut, tentang Eryn Lyncia Keyravelin dan Elvan Laska Reyzantara setelah insiden besar yang merubah garis takdir kisah mereka. Apakah garis takdir itu mempersatukan mereka kembali? atau kisah mereka berkahir meninggalkan dan mem...