23. Aku Mau Kita Abadi

156 16 14
                                    

"Kamu tidak akan mendapatkan hasil apapun dari yang lebih baik, selain penyesalan di bab akhir."


°°°

"Eryn itu bukan lo kan?"

Alvaro berharap sambungan telepon nya masih terhubung, Eryn masih mendengarnya dan kabar itu bukanlah Eryn. Lelaki itu tidak mau yang kali ini gagal, dia bersumpah akan membunuh dirinya sendiri jika sesuatu terjadi pada gadis itu.

Tengah malam Alvaro mengendarai mobilnya dengan gila, menghabiskan batas maksimum kecepatan gas mobil. Dia tidak peduli dengan segala resikonya, yang ada di kepalanya saat ini hanya Eryn. Gadis yang selama setahun ini selalu memenuhi segala pikiran lelaki itu, gadis yang berhasil masuk ke dalam tempat paling dalam sekalipun.

"Jawab gue Eryn! Itu bukan lo kan??" tekan Alvaro berharap Eryn menjawabnya.

Bukan suara lemah lembut yang selalu dia dengar nyaris 24 jam, melainkan sebuah mobil ambulance dengan suara nyaring melewati mobilnya. Detak jantung lelaki itu menggila, telapak tangannya dipenuhi keringat dingin, pikiran nya sudah bercabang ke segala arah. Antara siap atau ikhlas menerima kenyataan, Alvaro berharap keajaiban berpihak pada gadis itu.

"PERHATIAN BAGI PENGGUNA JALAN MOHON MAAF JALAN INI DITUTUP SEMENTARA!! KECELAKAAN TUNGGAL BARU SAJA TERJADI MENEWASKAN SEORANG PEREMPUAN BERSTATUS PELAJAR."

"MOHON MAAF ATAS KETIDAKNYAMANAN NYA!"

Shitt!

Alvaro mencengkram stir mobil dengan kuat sampai urat-urat di tangan nya terlihat jelas. Lelaki dengan kemeja hitam itu menggebrak pintu mobil hingga menimbulkan suara keras, tanpa membuang waktu Alvaro berlari menghampiri sekumpulan polisi yang sedang mengamankan situasi macet.

"Pak siapa nama korban kecelakaan itu?" Alvaro bertanya dengan napas memburu, satu detik pun dia tidak diberi jeda menghela napas.

"Identitasnya belum jelas, korban saat ini-"

"Saya ingin melihatnya Pak." Alvaro memotong kalimat Pak polisi, dia berlari menghampiri tempat kejadian.

Di mana sebuah mobil ambulance membawa korban ke dalam mobil.

"Please Eryn..."

Alvaro mengepalkan tangannya, sekujur tubuhnya nyaris hilang tenaga, semua ketakutannya bersatu dengan napas tecekat, dada lelaki itu bergemuruh sesak. Alvaro tidak bisa berbicara, lelaki itu mematri langkah nya mengejar mobil yang sudah meninggalkan tempat kejadian. Alvaro belum sempat melihatnya, mobil itu menjauh- jauh sekali. Sekitar 15 menit dia menunduk lemah, dia ingin mengejar tapi tubuhnya tidak bisa bergerak.

Dia kehilangan tenaga, takut mengejar yang digapainya adalah Eryn Lyncia.

"Al!" panggilan dari ke empat temanya.

Revan menepuk bahu Alvaro, menyadarkan lelaki itu yang tertunduk lesu tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

"Sadar anjing! Lo jangan gila sekarang." Revan memukul punggung Alvaro pelan, agar Alvaro mengendalikan penyakit mentalnya itu, bisa lebih rumit lagi jika Obsesif Kompulsif itu kambuh.

"Di mana Eryn? Lo ketemu dia?" Leon bertanya cemas.

Alvaro menggeleng pelan, dia masih mengendalikan kesadaran nya untuk berbicara.

Leon mengepalkan tangannya, menahan diri agar tidak menonjok Alvaro habis-habisan, saat ini dia harus tetap berpikir jernih meskipun kemungkinan nya sangat tipis. Lelaki bermarga Aldebaran itu merotasi matanya ke jalanan penuh darah, dia dan lainya sempat dilarang masuk tapi mereka berhasil menerobos dengan alasan kuat.

ALVARO ; In The Time Of Losing YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang