07. Hancur

233 24 0
                                    

"Aku membenci saat membuka mata dan yang aku temukan adalah fakta bahwa kamu sudah tiada."

°°°

Bunga tulip berwarna pink tadinya akan Alvaro berikan pada Sinta, tapi niatnya dia urungkan ketika sepasang obsidian cowok itu melihat seseorang yang sudah lebih dulu menaruh bunga pada makam Sinta.

Alvaro memperhatikan jelas siapa orang itu, walaupun langit sudah sepenuhnya gelap karena mendung, cowok dengan sebuket bunga ditangannya mencengkram bunga itu hingga kusut.

"Jadi selama ini lo gak pergi, Regan."

Alvaro menelan saliva nya dengan kuat, napas cowok itu tercekat hingga menyulitkan nya mengambil oksigen, udara dingin di ruangan mobil itu menembus kemeja hitam Alvaro.

"Kita ini teman, jangan sampai pertemanan kita hancur cuma gara-gara ada yang saling cinta. Perasaan emang ego yang paling gak bisa dikontrol." suara Sinta terdengar nyata.

"Ya kali gue cinta sama cowok!" sewot Regan menatap Alvaro sinis.

"Stres gue temenan sama lo!"

"Emang kita temenan? Gue di sini buat Sinta,"

"Gue juga di sini buat Sinta!" Alvaro tidak mau kalah.

"Udah-udah kalian ini jangan berantem terus! Daripada adu mulut mending kalian baku hantam, toh apa gunanya Tuhan ciptakan mulut untuk bertengkar kalau ada tangan buat saling baku hantam!" omel Sinta pada dua cowok yang tak lain teman setianya sejak kecil.

Meskipun mereka sering bertengkar, tapi mereka aslinya baik hanya saja saling tertutup gengsi, tapi mereka sama-sama menyayangi Sinta. Cewek yang mereka jaga setiap waktu, cewek hiperaktif dan periang yang mereka ratukan sebagai teman kecilnya. Kalau Sinta lecet sedikit saja, mereka akan saling menyalahkan, karena telah lalai dalam menjaga Sinta yang kelewatan banyak tingkah.

"Ini semua karena lo Al! Karena Sinta cinta sama lo, dan lo tolak cinta dia. Sinta pergi karena lo gak becus jagain dia! Kalau aja lo gak pergi, hp lo gak mati dan datang tepat waktu, Sinta gak akan berakhir menjatuhkan diri dengan cara sadis! Sinta yang lebih percaya sama lo, dia yang kasih tau semua masalahnya sama lo. Tapi lo gak peka Al! Lo brengsek harusnya lo sadar karena sikap lo Sinta pergi!" amarah Regan terdengar di setiap saraf ingatan Alvaro, kepala cowok itu mendadak terasa panas.

"Maaf gue, gue gak mau pertemanan kita hancur kalau ada yang saling mencintai. Lo boleh benci gue," lirih Alvaro terdengar frustrasi setengah mati.

"Tapi lo sendiri yang hancurkan pertemanan kita, karena keegoisan lo! Sinta butuh lo Al, lo ke mana saat Sinta membutuhkan pertolongan lo? Lo janji mau jagain dia sampai gue kembali, lo tau sendiri dia tipe perempuan yang gak bisa hadapi masalahnya sendiri Al!" Regan terus menyalahkan Alvaro, seolah takdir bisa dia ubah saat itu juga.

Regan membenci Alvaro karena dia pikir kepergian Sinta adalah karena Alvaro gagal menjaga Sinta, gagal menyelamatkan cewek itu tepat pada waktunya. Sinta menjadi korban pelecehan bahkan sampai menimbulkan masalah besar, dia disiksa keluarganya karena telah mempermalukan nama keluarga besar nya, dengan keadaan Sinta telah mengandung, malam itu Sinta menelpon Alvaro untuk terakhir kalinya, dia mengatakan sangat mencintai Alvaro tapi dia sudah hancur. Sudah tidak layak untuk siapapun, Sinta mengakhiri hidupnya daripada harus menikahi pria yang telah melecehkan nya.

ALVARO ; In The Time Of Losing YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang