"Aku mau terus terjebak dalam dunia milik kamu tidak peduli itu nyata atau tidak, aku mau kita tetap hidup bersama di dunia ini dan di kehidupan selanjutnya."
°°°
"Bu Saski, Eryn mimisan!" pekik Lyona saat jam pembelajaran berlangsung.
Guru seni yang tengah menjelaskan materi itu sontak memfokuskan matanya pada Eryn, yang sedang merunduk sambil memegang kepalanya.
"Eryn kamu sakit?" tanya Bu Saski.
Eryn mengangkat pandangannya, lalu mengangguk lemah, darah kental mengalir deras dari hidung sampai mengotori seragam nya. Melihat itu Bu Saski langsung menyuruh Lyona untuk mengantar Eryn ke UKS dan menemaninya sampai kondisi Eryn membaik.
"Lyona tolong kamu antar Eryn ke UKS, temani Eryn sampai keadaanya membaik." suruh Bu Saski.
Lyona mengangguk, dia lantas membantu Eryn berjalan dengan cara merangkulnya, Eryn menuruti saja ke mana dia akan di bawa, badan lemas Eryn merangkul pundak Lyona.
Melihat kondisi Eryn tengah kesakitan, lagi-lagi Andriani berdecih sinis, menurutnya Eryn itu ratu drama, sok polos, wajah lugu seperti anak kecil, penyakitan, tapi semua cowok menyukai Eryn.
"Kalau penyakitan gak usah sekolah! Maksa amat ratu drama!" sindir Andriani dengan sarkas nya yang dituju pada Eryn.
Mendengar itu tentu Azuri sebagai teman Eryn tidak suka, Andriani sangat keterlaluan.
"Lo tuh punya masalah apa sih? Benci banget sama Eryn, lo bosan hidup? Sampai ngatain Eryn ratu drama!" cecar Azuri pada Andriani.
"Emang bener kok dia penyakitan!" sarkas Andriani memasang wajah mengejek.
Azuri menggertak marah, dia tau membalas cercaan kotor dari mulut cewek itu hanya membuang tenaganya, Andriani sangat menyebalkan mengatai Eryn dengan penuh kebencian.
"Jangan ikut campur Andriani, yang sakit itu Eryn bukan kamu! Lagi pula apa masalahnya Eryn sama kamu? Ibu liat Eryn beneran sakit," ujar Bu Saski membela Eryn.
"Ibu kok gitu sih?" Andriani tidak terima.
"Sudah diam, kembali pada materi." lerai Bu Saski.
Sementara itu Lyona membantu Eryn menidurkan nya di ranjang UKS, untung saja ruangan UKS dekat dengan kelas IPA, tapi sayang nya tidak ada dokter yang bertugas hari ini. Lyona mengambil tisu untuk membantu Eryn membersihkan darah di hidung, mulut dan seragamnya.
"Gue gak papa Na, udah gak mimisan lagi." ucap Eryn sambil mengulas senyum tipis.
"Tetap aja Eryn, lo masih lemah harus banyak istirahat." pesan Lyona di samping Eryn.
Eryn menggeleng dia tidak mau di sini, Eryn mau mengikuti pelajaran sampai jam terkahir karena dia sudah banyak ketinggalan materi sejak awal semester.
"Jangan dipaksa Ryn!" Lyona tidak mau Eryn jatuh sakit lebih parah karena memaksakan diri.
"Tapi Na,"
"Udah tidur sana, biar gue yang salin catatan lo."
"Nggak mau Na!" Eryn bersikeras menolak bantuan Lyona.
Lyona membuang napas mulai sebal, "Lo kalau tetap bersikeras maksain diri, gue bilangin ke Al biar lo dihukum!" ancam Lyona.
"Ih kok gitu?" Eryn cemberut.
Terpaksa Eryn menuruti kemauan Lyona, Eryn menidurkan badannya yang terasa panas, bukan cuma kepalanya yang pusing tapi juga perutnya di bagian kiri, dekat tulang rusuk. Lyona menyelimuti Eryn dengan selimut bersih yang tersedia di UKS, cewek itu tidak mau kembali ke kelas sebelum Eryn baikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVARO ; In The Time Of Losing You
Teen FictionKisah ini masih berlanjut, tentang Eryn Lyncia Keyravelin dan Elvan Laska Reyzantara setelah insiden besar yang merubah garis takdir kisah mereka. Apakah garis takdir itu mempersatukan mereka kembali? atau kisah mereka berkahir meninggalkan dan mem...