19. Skizofrenia dan PTSD

138 12 0
                                    

"Mari menulis kembali, kita mencoret ulang awal kita pernah berteduh di sini. Tapi kali ini, aku mau kita berlari dari realitas kejam. Tak adil rasanya bila aku hanya tokoh seorang yang menggenggam hujan, tanpa kamu."


°°°

Halusinasi merupakan gejala paling umum yang menyerang penderita skizofrenia paranoid. Halusinasi itu meliputi hal-hal seperti mendengar, melihat atau merasakan sesuatu yang tidak nyata.

Penderita percaya kalau yang dia rasakan nyata, apa yang dia lihat adalah bayangan dari seseorang yang telah meninggalkan banyak kenangan dan juga luka membekas. Sulit untuk seseorang mengendalikan antara delusi dan kenyataan, semua itu bisa berdampak pada waktu sangat lama.

Di sini hujan, masih lengkap dengan seragam yang melekat di badan ramping nya, sepulang sekolah dari Rumah Sakit Jiwa. Hujan sore mengguyur gersang nya Ibu Kota, membuat dua sepasang manusia berteduh di halte. Secarik kertas di genggaman basah, sebuah bukti tulisan psikiater kalau dia memang gila. Awal nya Eryn mengira kalau ia hanya mengalami maladivtif day dream, karena ia sering melihat El ada di sampingnya, menemani nya setiap hari dan mengajak lelaki itu berbicara banyak hal, namun ternyata gejala nya terlalu berat hingga Eryn dinyatakan delusi.

Di temani Alvaro, gadis itu baru mengetahui kalau Alvaro sering mengunjungi psikiater tiga tahun belakangan. Karena lelaki itu mengidap PTSD, kejadian jatuh nya seorang perempuan yang sangat Alvaro sayangi di depan matanya sendiri membuat lelaki itu trauma. Sampai sekarang Alvaro merasa bersalah karena gagal melindungi perempuan itu, setiap kali melihat berita bunuh diri atau teringat kejadian itu Alvaro akan menjadi hilang kendali.

Di tambah lelaki itu memiliki luka mendalam tentang kematian Bunda nya, tepat di depan matanya pada hari kemenangan olimpiade pertama nya. Tidak hanya itu, perlakuan jahat dari Papa membuat lelaki itu tumbuh dengan luka psikis serta fisik yang sering dia dapatkan. Alvaro berkali-kali di maki sebagai pembunuh, dan pembawa malapetaka.

Di balik tubuh tegap nya, ada luka besar yang sudah lama terkubur.

"Jangan melamun, nanti makin susah sembuhnya." ucap Alvaro menarik sedikit badan kecil Eryn lebih dekat dengan nya, agar tidak terkena cipratan deras.

"Eryn gak mau sembuh." Tangan lelaki itu dia turun kan dari bahu nya. Pandangan netra berbulu lentik Eryn menunduk, dia memikirkan banyak hal sejak setengah jam lalu.

"Perlahan Eryn, dia pergi bukan karena penyakit lo. Tapi karena itu keputusan nya, dia mau gadis kesayangan nya sembuh. Kalau lo belum siap terima jiwa nya sudah pergi, liat diri lo sendiri Eryn. Ada raga El yang dia berikan buat gadis paling dicintainya." ujar Alvaro pelan, dengan hati-hati mengatakan setiap intonasi nya.

"Karena itu Eryn sakit!" jerit Eryn meremas bagian tubuh di mana sebagian organ dalam nya, pemberian lelaki kesayangan nya.

"El pasti berat ninggalin lo, tapi dia bakal benci liat lo nangis terus. Lo gak bahagia sama keputusan El, gue tau sulit buat lo terima, lo mungkin terluka. Tapi apa lo mau perjuangan dia buat kesembuhan lo berakhir sia-sia?"

Eryn menggeleng cepat, dia mendorong bahu Alvaro tidak mau berdekatan. "Tapi Eryn menderita kalau kayak gini caranya! Eryn gak pernah minta buat dapat pendonor dari Tuhan! Eryn memang mau sembuh, tapi Eryn gak mau, El itu punya mimpi, dia punya hal yang harus dia perjuangkan yang jauh lebih penting dari pada cewek nya bahagia."

ALVARO ; In The Time Of Losing YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang