15. Delusi

154 14 0
                                    

“Sekalipun benar aku gila, itu tidak masalah bukan apa-apa bagiku di katakan tidak waras. Memang itu kenyataan nya, aku mencintai sosok kamu yang sudah tidak ada, sudah pergi jauh. Sudah hilang melebur bersama bumi.”


°°°

Hari itu tidak ada yang membuat Eryn berlari dengan semangat untuk menemui El selain membawakan kue buatannya tadi pagi. Eryn sudah bekerja keras membuat kue manis untuk El, cewek yang memakai pita ungu di rambutnya itu tampil dengan senyum mengembang.

“El sayang yuhuuuuu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“El sayang yuhuuuuu... Princess datang!” teriak Eryn berlari kecil menghampiri El dengan kotak makan di tangan nya.

Senyum mengembangnya masih terlihat jelas sampai di depan meja cowok itu, tapi tunggu–

Eryn mengernyit tidak percaya, ternyata aksi memberikan kue pada pacarnya sudah keduluan para fans El.

“Apa ini El? Kamu makan kue dari para fans nyebelin itu? Tanpa kasih tau Eryn?!” Eryn menggertak marah, raut wajah nya yang semula berseri-seri lenyap seketika.

El menatap datar Eryn tanpa merasa bersalah sudah memakan satu potong kue pemberian salah satu fansnya.

“Jangan di telan! Keluarin kue nya El!”

Eryn menepuk-nepuk punggung El, agar cowok itu memuntahkan semua makanan yang di telan nya.

“Aku cuma makan satu Eryn,” El meraih tangan Eryn agar cewek itu berhenti memukul punggung nya.

“Tapi El gak minta izin dulu sama Eryn! Nggak boleh El! El gak boleh makan pemberian para fans itu, kalau misalkan ada racun nya gimana El? El bisa mati!” cerca Eryn penuh kekesalan menatap cowok nya.

El menyandarkan punggung yang terasa pegal setelah mengerjakan tugas selama dua jam, cowok berjakun dengan rambut hitam itu membuang napas pelan. Perkara makan saja cewek selalu mempermasalahkan seolah itu hal besar, padahal El hanya mencobanya satu karena belum makan dua hari.

El menatap Eryn datar tanpa ekspresi penyesalan, sedang kan Eryn menatap nya penuh kilatan emosi.

“Jangan kayak anak kecil, aku cuma makan dikit buat menghargai pemberian mereka.” ucap El pelan agar Eryn mengerti.

“Kalau ada racun nya gimana?” Eryn melepaskan genggaman cowok itu.

“Kenapa harus berpikir seburuk itu?” El bertanya membalikan arah.

Eryn cemberut, El lebih mementingkan menghargai pemberian orang lain dari pada pacarnya sendiri. Mungkin buat cowok itu perkara kecil, tapi bagi cewek itu masalah besar. Eryn mengepalkan tangan marah karena El tidak melihat kue buatannya. Susah payah Eryn bangun pagi belajar membuat kue, tapi El sama sekali tidak memakannya sedikitpun.

ALVARO ; In The Time Of Losing YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang