1. Satu Atap

66K 2K 16
                                    

       Shazia menyeret kopernya masuk, pandangan sontak meliar takjub melihat betapa mewah rumah yang disiapkan untuk kakak dan kawan-kawannya selama bekerja di bawah agensi NP Entertaiment. Terlihat begitu modern.

"Di sini berlima?" tanya Shazia dengan menatap sang kakak yang menjulang tinggi.

185 dengan 155 jelas jauh!

"Hm," Brian melepaskan jaketnya. "Inget! Di sini cuma 6 bulan!" tegasnya.

"Iya, secepetnya cari tempat kok. Ngumpulin uang dulu," Shazia jadi lesu. "Kenapa ayah, ibu, jahat sih sama anak ceweknya! Harus kerja sendiri, cari uang sendiri, kasih modal dulu kek!" manjanya.

"Karena lo terlalu manja, ini hukuman dan gue jadi kena getahnya!" semprot Brian.

"Kan, ikutan jahat!" rengek Shazia sangat manja namun detik selanjutnya dia mematung.

Matanya menangkap keempat laki-laki yang berjajar rapih begitu tinggi dan tampan seperti kakaknya.

Matanya menyipit silau melihat ketampanan yang terpampang nyata dengan ragam ekspresi itu.

Terbiasa melihat di foto, kini mereka nyata berdiri tak jauh darinya. Saling bertukar oksigen.

Brian mengikuti arah pandang Shazia lalu mendengus melihat tampang bodoh sang adik.

"Jadi ini adiknya, Brian,"

Shazia masih diam menatap satu persatu wajah yang membuatnya agak mulai insecure itu. Mereka begitu mulus, tidak ada jerawat seperti dirinya. Walau hanya satu atau dua sih.

"Sana minta izin ke mereka, lo harus bertingkah baik selama di sini karena ini bukan rumah gue!" ujar Brian acuh.

Shazia menatap Brian sebal lalu menatap satu sosok yang menyapa, begitu ramah.

"Selamat malam, kak. Kenalin, aku Shezia, bulan lalu 17 tahun dan aku SMA kelas sebelas," suaranya terdengar lembut nan manja, lugu sekali.

"Wah, masih sekolah tapi udah mau kerja ya, cita-citanya keren mau jadi artis," pujinya. "Kenalin, kakak Ramdan," lanjutnya.

"Halo, kak Ramdan," Shazia tersenyum manis, lebar dan tulus.

"Gue tebak dia bawel, berisik!" celetuk laki-laki tampan yang berwajah datar dengan rambut berwarna abu-abu campur hitam itu.

Shazia sontak mingkem, mengerjap pelan lalu melirik Brian sekilas. Suasana menjadi canggung.

"Grey!" tegur Ramdan.

Grey tidak peduli, dia menatap Brian. "Yan, ga mau tahu. Bikin adik lo ga bertingkah!" lalu pergi begitu saja menuju dapur.

Shazia menciut takut, apa dua orang lagi juga sama menolak kehadirannya yang menumpang di sini.

"Kalian tenang aja, adik gue ga lama di sini. Lo tahu sendiri, nyokap gue berisik, dia mau Shazia mandiri tapi gue harus jaga sampe bisa adaptasi," jelas Brian.

Shazia menatap satu mata yang begitu cantik, bola matanya hitam dengan bulu mata yang terlihat lentik.

Apa dia memiliki darah campuran arab?

Shazia menahan nafas saat tatapannya di balas tajam, sontak dia menelan ludah.

"Jangan sentuh kulkas bagian tengah!" itu suara dari yang kini sedang Shazia tatap.

"Tenang aja, Do." Brian menyahut lalu menatap Shazia. "Dia Ando, leader di sini. Lo harus nurut, liat aja di kulkas ada kok kertas keterangan aturan di rumah ini," terangnya santai terkesan malas.

Shazia mengangguk lalu menatap laki-laki yang terlihat jutek itu. Hanya tinggal dia yang belum diajak kenalan.

Tampan sekali tapi dingin, dia takut menggigil jika lama menatapnya.

Boy Band With Aktris (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang