6. Daya Tarik Shazia

25K 1.4K 11
                                    

        Grey Menatap Shazia yang terlelap di sebelah kiri lengannya, sepertinya perbincangan dengan Brian, Ando, Ramdan, bang Aji dan Brama membuat Shazia mengantuk.

"Gue bawa Shazia pulang!" Brian hendak meraih Shazia namun tangannya Grey tepuk pelan dan memberi kode jangan.

Brian marah, namun bisa bang Aji bujuk hingga mereka lebih dulu pulang dan nanti Grey menyusul.

Keadaan seketika hening. Hanya deru nafas Shazia yang terdengar teratur.

Grey menyandarkan pipinya ke kepala Shazia. Dia menyalakan kamera untuk memotret siapa tahu suatu saat nanti dibutuhkan. Shazia akan menolak jika sedang sadar, maka Grey tidak akan menyia-nyiakan kesempatan.

Lalu Grey asyik bermain game sambil menunggu Shazia bangun.

Grey yang kalah pun mematikan ponsel kesal, dia melirik Shazia yang tidak terusik. Tanpa sadar tangannya terulur mengusap kepala Shazia yang memang benjol.

Grey mengurai rambut Shazia dengan hati-hati, mengamati lebih dekat apa benjolannya serius atau tidak.

"Shh.." Shazia refleks membuka mata saat merasakan sakit.

Grey menarik tangannya, dia tidak sengaja menyentuh benjolan lain sampai Shazia terbangun.

Grey yang merasa tertangkap basah pun terlihat salah tingkah walau tidak terlalu ketara. Dia berdehem pelan.

"Kita pulang!" Grey berdiri dengan kedua jemari tangan berada di saku jaketnya, melangkah dengan begitu santai.

Shazia berdiri, melangkah pelan terlihat agak sempoyongan.

"Kak, sebentar!"

Grey menoleh pada Shazia yang berjongkok dengan menyentuh kepalanya. Langkah Grey pun mendekati Shazia dan berjongkok.

"Kenapa?" Grey membantu Shazia berdiri dengan menyentuh bahunya. Wajah Grey memang datar tapi tatapannya tidak bisa berbohong. Ada setitik cemas di sana.

"Pusing, apa karena benjol ya?" tanyanya agak merengek dan manja.

Grey memutuskan meraih jemari Shazia yang tengah mengusap kepalanya sendiri itu, dia beralih menggenggamnya.

"Kita periksa lebih detail!" putusnya tanpa ditolak Shazia yang memang merasa dia pun butuh, takut juga terjadi apa-apa pada kepalanya.

Tak lupa, Grey mengajak tiang infusan yang  cairannya sisa sedikit lagi itu untuk ikut mengantar Shazia diperiksa.

"Kakak lagi sakit, udah masuk lagi aja, biar—"

"Ga ada, ga bisa! Ntar pasti nyasar," potongnya kalem. Gengsi kalau dia menjawab ingin tahu  keadaan pacar dadakannya.

"Tapi—"

"Ck!" Grey menatap Shazia tajam tak ingin dibantah.

Shazia pun menciut, memberengut dengan sebal.

"Gue mau tahu sebelah mana yang ga benjol, biar gue bikin benjol di sana," ujarnya dengan senyum menyebalkan.

Shazia manyun, memalingkan wajahnya dengan judes lalu meringis saat merasakan pening.

"Kan! Gaya banget pake jutek-jutekan segala! Bocil itu cuma harus bertingkah manis! Ga pantes so kesal so marah!"

Hidung Shazia sontak kembang kempis saking kesal otw marah dengan sebelah tangannya masih mengusap kepalanya yang pening.

Shazia merasa beruntung pacarannya dengan Grey tak serius. Coba kalau serius, dia mungkin akan jadi pendonor darah setiap detik karena darahnya naik terus. Pikirnya ngaco.

Boy Band With Aktris (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang