"Mau?" tanya Grey saat Shazia beberapa kali melirik mie yang dipesannya.
"Kayaknya enak, boleh?" balas Shazia dengan lugu.
"Tapi ada syaratnya," bisik Grey.
"Ck! Ga mau!" Shazia pun manyun.
Grey tersenyum samar lalu menggulungkan mie menggunakan garpu, dia angsurkan ke mulut Shazia.
"Bercanda, dasar baper!" oloknya seraya mencolekan mie itu ke bibir manyun Shazia.
Ando yang melihat itu hanya menggeleng samar. Dia pikir Grey tidak akan akur dengan Shazia, mengingat pertemuan pertama mereka dulu. Waktu memang menakutkan, bisa mengubah apapun dalam sekejap kedipan mata.
"Waduh, pengantin baru emang beda auranya. Suap-suapan segala," celetuk Ramdan agak geli.
Grey acuh, dia kembali memakan makanannya setelah berhasil menyuapi Shazia.
"Resiko istri nak kecil ya gitu," sambar Brama.
"Enak aja anak kecil!" seru Shazia tak terima.
Mereka pun tampak menikmati makan malamnya yang diselipi obrolan ringan, setelah selesai mereka kembali ke mobil yang akan mengantarkan mereka menuju vila Brama.
"Terus duduk di mana?" tanya Shazia saat melihat satu-satunya tempat duduk di penuhi barang bawaan.
Aji menggaruk kepalanya, tidak menyangka kalau saat pulang akan penuh mengingat Brian tidak ikut.
"Ga usah ribet," Grey yang berdiri di belakang Shazia mengangkat Shazia dengan mudah, membuat Shazia yang tidak siap memekik kaget.
Grey membawanya masuk ke dalam mobil lalu mendudukan Shazia di pangkuan dengan santai.
Shazia hanya diam melongo dengan lucunya, bagai anak hilang arah yang nurut saja.
Grey menatap Shazia dengan senyum miring. "Apa liat-liat?" gumamnya di depan wajah Shazia, mengabaikan sekitarnya yang tengah mengatur posisi.
Shazia hanya memukul dada Grey sekilas lalu melirik yang lain. Terutama si paling paling menyebalkan yang tengah menatapnya tak suka.
"Apa?" tanya Shazia angkuh tanpa suara pada Brama. Shazia masih marah akibat tragedi sepatu.
Brama mendengus lalu menggeleng samar seraya mengalihkan tatapan ke arah lain.
Grey menyandarkan tubuhnya yang lemas ke jok, mengabaikan Shazia yang berada di pangkuannya.
"Duduknya nyaman?" tanya Ando.
"Ga seempuk kursi, kak Ando.." jawab Shazia dengan senyum polosnya.
Grey hanya menatap lurus Shazia yang seenaknya bergerak itu.
"Tahan ya," kekeh Ando.
"Ga papa, sama suami ini," tambah Ramdan.
Shazia hanya mengangguk.
Mereka pun mulai sibuk masing-masing, bahkan Brama, Ando dan Ramdan mulai beristirahat dan tidur selama perjalanan.
Shazia ikut ngantuk tapi dia tahu, dia tidak bisa tidur karena duduknya. Jika tidur dia akan bersandar pada Grey.
"Ngantuk?"
Shazia menoleh lalu mengangguk.
Grey menarik pinggang Shazia. "Tidurin, masih cukup jauh perjalanannya." ujar Grey.
Shazia tidak menolak, dia membiarkan tubuhnya direngkuh Grey dalam pelukan. Matanya mulai terpejam, begitu pun Grey yang memang kelelahan.
Kini hanya sopir yang terjaga.