Rapunza membuka matanya saat merasakan usapan di pipi. Udara pun sedang hangat. Suasana alam tanpa ada bising kendaraan, suara manusia, membuatnya nyaman.
"Pagi, gemes." Grey menggesekan hidungnya ke hidung Shazia. "Bangun, sayangku. Saatnya sarapan," ajaknya lembut nan romantis.
Shazia mengulum senyum tersipu. Grey kian romantis. "Jangan gitu kak Grey!" rengeknya.
Grey mengerjap tak paham. "Ha?" beonya, usapan di rambut Shazia bahkan berhenti.
"Jantung aku ga baik-baik aja, deg-degannya kenceng banget," manjanya dengan mengulum senyum tersipu.
Grey melongo sedetik lalu terbahak dan memeluk Shazia gemas. Kian hari dia jadi makin cinta.
Shazia harus tanggung jawab.
"Gawat!" Shazia jadi panik di pelukan Grey.
"Kenapa?" Grey mengerjap, tertular panik.
"Pengen kentut, kak Grey!" Shazia turun dari kasur.
"Kentutin aja! Kenapa lari?" Grey ikut turun dan panik sendiri melihat Shazia yang ceroboh kini berlari.
Shazia pun menghentikan langkahnya di ambang pintu.
Dutss..
"Ahh.. Lega," Shazia menoleh pada Grey yang terdiam di belakangnya. "Besar banget ya?" cicitnya malu.
Grey menggigit bibirnya yang berkedut menahan tawa. "Kentut kamu cantik, tenang aja." Grey memeluk Shazia dari samping lalu mengecup pipinya.
Shazia manyun. "Kak Grey lagi ngejek ya?" sebalnya manja.
Grey tertawa pelan. "Kentut aku lebih besar, tenang aja. Bukan ngejek kok, lain kali ga usah lari. Kamu sama bayi lebih penting dari pada soal kentut." terangnya romantis.
Shazia tersipu. "Kok bahas kentut aja bisa romantis ya, kak Grey? Ahh.. Degdegan lagi!" rengeknya lucu nan manja. "Tanggung jawab!" wajahnya ndusel dada bidang Grey.
Astaga! Grey ingin mengantongi Shazia dan membawanya kemana-mana.
***
Brama melirik sekilas kemunculan Shazia dan Grey yang kian lengket itu. Padahal dulu Grey selalu memasang wajah terganggu. Cinta memang semengerikan itu dampaknya.
"Mau makan apa siang ini? Dedenya mau apa hari ini?" Grey mengusap perut Shazia lembut penuh cinta.
"Makan ati," celetuk Brama sewot.
Kedua sejoli itu sontak mendengus kompak lalu duduk dan kembali bermesraan tanpa peduli dengan Brama.
"Wah, vila gue jadi tempat romantis sejak kapan ya, gue pikir terus jadi tempat horror," sindir Brama.
"Mending lo nikahin adek Ando sana!" celetuk Grey agak jengkel dengan tingkah Brama yang seperti jomblo ngenes itu.
"Apa?! Enak aja! Dia udah kayak ade gue, mana masih sekolah juga!" sewot Brama.
"Aelah, gue juga akhirnya nikah sama anak sekolahan. Kalau udah jodoh ga kemana kali, dari pada lo sendirian mulu, ngenes banget." ejek Grey.
Brama mendengus kesal. "Ga tahu terima kasih ya lo! Udah gue kasih izin bebas di vila malah kayak gini balesannya," ketusnya.
"Tenang aja, pokoknya lo ga akan sendiri lagi sebagai tanda terima kasih gue," Grey tersenyum misterius dan Brama melihat itu langsung tak enak hati.
Brama berdehem. "Brian liburan kemana ya? Kok rahasia," dan dia pun memilih mengalihkan topik.
Shazia melirik Grey dan Brama bergantian. Sebenarnya dia tahu Brian kemana tapi katanya jangan di kasih tahu.
"Paling maen sama ce—" Grey menghentikan ucapannya saat sadar ada si polos Shazia yang sebenarnya tidak polos-polos amat itu.
"Oh iya, sayang. Tadi kita lagi bahas makanan, mau makan apa?"
Shazia mengedip genit lalu berbisik. "Makan kamu," setelahnya terkekeh.
Gawat! Grey tidak akan bertingkah mesum lagi karena ternyata Shazia selalu mengikuti tingkahnya.
"Plagiat!" Grey menyentil manja hidung Shazia.
***
Brama bolak-balik meninggalkan vila dengan misuh-misuh. Dia yakin, Shazia ada dendam kesumat padanya.
"Ini ngidam loh, kak Brama!" rengeknya saat Brama terus misuh-misuh.
"Ya harusnya yang lo susahin itu noh, suami lo!" sebalnya, mana pegal kakinya terus bolak balik hanya untuk mencari sate sesuai selera bumil itu.
"Maunya sama kak Brama, gimana dong? Bayinya suka kak Brama,"
Brama berdecak. "Panggil gue ayah kalau gitu ntar!" dengan berat hati dia kembali meninggalkan Vila untuk mencari sate.
Yang membuat Brama jengkel, dia yang tengah membeli sate viral di twitter sekarang. Astaga! Mana di berbagai tempat.
Grey menghela nafas. "Kasihan, Brama." diusap perut Shazia. "Sama papa ya nak? Mau apa, hm?" bisiknya.
Shazia tersenyum. "Mau peluk, ga mau jauh-jauh," balasnya dengan suara manja anak kecil.
Grey tersenyum, mengecup kening Shazia sekilas. "Serius, biar aku yang cari ya, sayang?" pintanya.
Ando, Ramdan muncul.
"Si Bra masih cari sate?" tanya Ando dengan senyum geli.
Ramdan terkekeh. "Pasti sepanjang jalan dia terus misuh-misuh ga jelas," tambahnya.
"Ahh, mau dicariin sama kak Ando, kak Ramdan juga biar cepet," rengeknya pada Grey.
Senyum di kedua bibir Ando dan Ramdan pun luntur. Ternyata semua kena getahnya kecuali Grey yang kena enaknya saja.