34. Savanah Dan Brian

12.4K 802 21
                                    

     Brian rebahan dengan menatap jendela yang menampakan gelapnya langit malam. Lengannya membelit perut Savanah yang kini tengah terlelap setelah menangis lama.

Brian tengah merenung tentang ke depannya. Jelas dia tidak bisa menjanjikan pernikahan karena terhalang kontrak kerja.

Dia jelas tidak seberuntung Grey yang menguntungkan bagi perusahaan. Percintaannya dengan Savanah tidak bisa diyakini akan seberuntung Grey si anak emas perusahaan. Si mesin uang yang selalu dimaafkan apapun alasannya.

"Engh.."

Brian tersadar dari pemikirannya, melepas pelukannya dan membiarkan Savanah menggeliat lalu menghadap padanya.

"Rendi," gumam Savanah dalam tidurnya.

Brian sontak menautkan alis. "Rendi?" gumamnya dengan hati memanas. Siapa Rendi? Pria di negara sana yang menghamili— ah tidak! Brian yakin itu anaknya.

Savanah perlahan membuka mata saat merasakan perutnya di usap. " Kak Brian?" gumamnya pelan agak tidak percaya kalau Brian belum meninggalkan kamarnya.

Savanah paham, Brian pasti sibuk bekerja, latihan, membuat lagu, bahkan mungkin koreografi.

"Hn?"

"Ngapain masih di sini?" Savanah menjauh lalu mendudukan tubuhnya dengan masih setengah mengantuk.

Brian meregangkan otot leher dan lengannya yang sempat dijadikan bantal oleh Savanah. Brian tidak menjawab, dia turun dari kasur, meriah lagi jaketnya dan ponsel.

"Jangan di blokir, nanti di telpon." Brian pun meninggalkan kamar Savanah tanpa kata apapun lagi.

***

"Savanah ga kirim pesan apapun lagi," celetuk Shazia.

Brian melirik Shazia sekilas tanpa ingin merespon.

"Biasanya dia curhat," tambah Shazia.

"Biasanya berantem," sambar Brian tanpa menatap Shazia.

"Iya sih, cuma setelah ngadu kak Brian punya perempuan kita agak, sedikit, sedikit banget deket," jelas Shazia.

Grey terkekeh pelan mendengarnya.

"Oh jadi si tukang informasi, si tukang ngadu itu pelakunya elo, Shazia!" Brian terlihat menyipit siap menyerang.

Shazia loncat ke dalam pelukan Grey dengan heboh sendiri. "Engga-engga ihh! Takut di serang, kak Grey tolongin!" gelinya.

Grey tertawa pelan. "Udah diem! Lagi makan, Shazia!" tegurnya.

Brian pun mendatarkan wajahnya, mulai kembali fokus dengan sarapan. Jahil, becanda apapun itu rasanya tidak bergairah dan gampang redup layu.

Grey mengecup kening Shazia sekilas. "Makan lagi, semoga ga muntah." bisiknya.

Shazia mengangguk, melirik Brian agak curiga. Shazia berubah menjadi detektif walau sangat tidak pantas, otaknya tidak jenius sama sekali. Dan terbukti, kini pemikirannga berubah menjadi makanan, bukan kecurigaan.

"Kayaknya batagor enak," celetuk Shazia tiba-tiba.

***

Grey mengecup bibir Shazia sekilas. "Jangan banyak gerak, banyakin ngemil walau keluar lagi, jangan jauh dari ponsel," celotehnya.

Shazia mengangguk. "Iya kak Grey yang bawel!" balasnya lalu ndusel di dada Grey sekilas.

Dan itu sungguh lucu! Grey ingin di rumah saja kalau bisa.

"Nanti pengen deh belajar nari," celetuk Shazia.

"Iya, nanti kalau udah lahiran," Grey pun meraih tasnya. "Aku kerja dulu," di kecup Kening Shazia.

"Lama!"

Shazia dan Grey menoleh. Brian melewati keduanya dengan kesal. "Udah tahu perjalanan bisa macet, malah mesra-mesraan," gerutunya.

"Ck! Dasar batu!" balas Grey kesal. Brian tetap tidak menerima penjelasannya soal Shania.

"Udah, kak Grey! Maklum aja, Savanah juga suka emosi, mungkin ketularan, kan lagi di sini Savanah," jelasnya polos.

Grey mengacak pelan rambut Shazia, sekali lagi menciumnya di bibir sekilas. "Aku pamit, do'ain ya," pintanya.

"Selalu.." Shazia mengangguk.

Brian pun muncul setelah Grey masuk ke dalam mobil.

"Apa? Mau marah?" sensi Brian.

Shazia sontak manyun. Kenapa sih Brian? Kayak ABG lagi PMS.

"Nyebelin!" gumamnya sebal.

***

Savanah mengaduk buburnya dengan banyak pemikiran. Dia jelas tidak ingin menghancurkan karier Brian. Secinta itu.

Dia ingin Brian selalu baik-baik saja, bahagia, dicintai fans, bersinar bagai bintang dilangit.

Savanah dengan bodohnya bahkan rela berkorban membesarkan darah daging Brian sendirian.

Namun sepertinya takdir menolak itu.

Savanah tidak tahu Brian akan mengetahui kehamilannya secepat ini. Savanah jadi khawatir Brian berkorban. Savanah tidak mau, lebih baik dia yang berkorban demi cintanya.

Savanah menyudahi sarapannya. Dia mencari keberadaan Zoela maupun Bagas, ternyata keduanya sudah ke taman belakang.

Savanah pun memutuskan untuk ke kamar dari pada menyusul. Dia sedang tidak ingin ngobrol di saat pikirannya ruwet.

Savanah meraih ponselnya di nakas. Panggilan dari Brian begitu banyak dengan pesan tak kalah banyak.

Savanah senang sekali. Selama dia dekat dan mencintai Brian mana ada Brian mengirimnya banyak pesan. Semua pesannya hanya di baca tanpa di balas.

Hingga sebuah video call muncul dari Brian, mau tak mau Savanah mengangkatnya.

"Hotel Golden, jam 2 siang. Minta sopir yang anter," ujar Brian tiba-tiba.

Savanah pun terpaksa mengangguk dengan menatap Brian terpesona. Saat Ini Brian tengah memakai dandanan idol ciri khasnya. Brian terlihat tidak manusiawi tampannya.

Benarkah Savanah sedang mengandung anak dari idol seperti Brian? Anggota keluarganya sendiri?

Savanah jadi ingin curhat pada Shazia. Dia ingin bertanya apakah dia harus menerima Brian lagi?

Savanah tidak bisa berpikir jernih.

Boy Band With Aktris (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang