35. Bucin Dan OTW Bucin

11.7K 889 29
                                    

"Apa? Hamil? Hamil yang itu?!" syok Shazia.

"Hamil yang itu apa sih!" jengkel Savanah, semakin hari rasanya Shazia semakin bodoh saja di mata Savanah.

Savanah mengusap perutnya. Amit-amit jangan sampe anaknya seperti Shazia. Harus pinter, bahkan lebih pinter dari dirinya walau bodoh dalam percintaan.

"Masksudnya hamil yang hamil?" Shazia tampak bingung sampai merangkai kata pun sama bingung.

"Ck! Hamil anak! Anak!" kesal Savanah. "Lagi serius juga!" dumelnya.

"Lah, aku juga tanyanya serius! Maksudnya tuh hamil yang beneran hamil bukan candaan kayak makan dua piring jawabnya aduh perut kembung, dua bulan tapi bohong!"

"Apasih! Ga paham gue sama lo! Udah ah! Nyesel jauh-jauh ke sini!" Savanah beranjak dari duduknya.

"Dasar sensi!" teriak Shazia sebal.

"Lo juga nyebelin! Otak lo ga pernah berubah!" balas Savanah.

"Balik lagi ga? Aku ngancam nih! Aku telpon ya kak Brian!" teriak Shazia yang membuat Savanah dengan teramat kesal kembali ke tempat semula.

"Jadi?" tanya Shazia penasaran.

"Apanya yang jadi?" sewot Savanah.

"Ih! Jadi beneran hamil? Anak kak Brian? Eh! Tapikan kita maksudnya kamu sama kak Brian itu—" ucapan Shazia menggantung.

"Justru itu," Savanah menunduk. "Karier kak Brian lagi bagus, jangan sampe  gue jadi halangan hiks.." tangis Savanah pun pecah.

Shazia menghela nafas. "Males sebenernya tapi ya udah, peluk sebentar deh!" gumamnya seraya mendekat untuk memeluk Savanah dengan canggung.

Hingga pada akhirnya kedua bumil itu menangis bersama. Shazia jadi terbawa suasana.

***

Savanah  memakai masker, kaca mata Shazia dan topi Shazia juga. Dia memasuki hotel Golden dengan percaya diri walau menyamar.

Savanah terus menuju lift, masuk ke dalam dan menekan tombol tujuan hingga tak lama sampai, mulai mencari nomor kamar lalu menekan bel.

Pintu terbuka, Brian mengintip. "Masuk," ucapnya lalu melebarkan pintu agar Savanah bisa masuk.

"Kenapa harus ke sini, kak?" Savanah melirik Brian agak canggung.

Brian mendekat, sangat dekat lalu melepas pelan kaca mata Savanah, menyimpannya di nakas kemudian masker dan topinya.

Savanah mengerjap, jantungnya berdebar kian cepat. Apa lagi saat pinggangnya di belit lengan kekar Brian dan dagu Brian hinggap di bahunya.

"Kita besarin dia bareng-bareng, tapi maaf belum bisa kasih kepastian soal nikah.." bisik Brian dengan berat hati menyampaikannya.

Savanah sedih namun berusaha tersenyum. "Ga papa," lirihnya.

Brian mengeratkan pelukannya. "Lusa lo kembali ke negara sana, gue udah siapin semuanya." tambahnya.

Savanah membalas pelukan Brian, dia terisak pelan. Sedih memang tapi adanya Brian di sisinya saja sudah cukup. Dia tidak akan ketakutan menutupi kehamilannya.

Brian merambatkan kecupan di rahang Savanah, meraih tengkuknya lalu mencium bibirnya penuh kelembutan.

Savanah menyerah. Dia tidak akan membatasi lagi. Dia akan membebaskan Brian keluar masuk dunianya. Sekali pun sakit yang dia dapat.

***

Shazia menatap Grey yang mendekat khawatir. "Kenapa? Matanya kenapa sembab?" todongnya dengan mengabaikan tas mahal bawaannya terongok di lantai.

"Ha? Oh itu, Savanah nangis refleks aja." jawabnya ringan lalu kembali bersantai ria menonton televisi.

Melihat itu Grey menggeram gemas dan juga kesal. Padahal dia sedang sangat khawatir. Grey memeluk Shazia hingga terdorong dan rebahan di sofa kamar itu.

"Ihh! Kak Grey!" protes Shazia sebal.

"Ga di sambut gitu suaminya?" sindir Grey ketus.

"Ha?"

"Ha heh hah hoh! Suaminya ga di sambut baru pulang kerja?"

Shazia tertawa pelan. "Gitu banget! Sambutnya gimana? Sambil nari? Kan ga boleh, sambil pake pakaian jaring tipis? Atau—"

"Stop!" Grey menyentil manja bibir Shazia. "Jangan bahas jaring, entar ikannya nyosor mau?"

Shazia menggeleng.

"Makanya!" Grey semakin gemas memeluk Shazia. "Mualnya gimana sekarang?" tanya Grey tanpa mengubah posisi.

"Bucin banget,"

Grey mengangkat wajahnya untuk menatap Shazia yang ternyata fokus pada televisi itu. "Apanya yang bucin?! Tadi lagi bertanya loh! Suaminya kok diabaiin?" kesalnya.

"Itu, pemerannya lagi bucin," balas Shazia sekenanya.

Grey menggeram tak terima sekaligus gemas. Dengan cepat Grey mencium seluruh wajah Shazia. "Nih bucin cup cup cup cup! Nih cup cup cup! Rasain nih! Cup cup cup!" gemasnya.

Shazia terbahak kegelian, menggeliat juga meminta dilepaskan.

"Udah Hahahah! Udah kak Grey, takut keluar dedenya kalau ketawa terus!" jerit Shazia kegelian.

Grey kembali menyentil bibir Shazia. "Sembarangan!" tegurnya.

Boy Band With Aktris (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang