Shazia duduk di salah satu kursi lipat yang disiapkan manager baru pilihan Brian itu. Kebetulan dia dan grup MW memang berada di bawah agensi yang sama. Jadi mudah bagi Brian yang grupnya cukup berpengaruh meminta keinginan.
"Mau minum apa?" Damar bertanya seraya membenarkan tas Shazia yang hampir jatuh.
Shazia menatap Damar agak canggung. Walau pria gembul itu memang terlihat ramah namun tetap saja Shazia belum terbiasa. Ini hari pertamanya bekerja.
"Boleh minta susu coklat dingin aja, pak?"
Damar tertawa pelan. "Aku seumuran sama Bri, panggil kakak aja biar ga merasa tua," balasnya.
Shazia terkekeh pelan. "Oke, kak." responnya mencoba jenaka.
"Aku belikan dulu, telpon jika ada sesuatu,"
Shazia mengangguk. "Makasih, kak." ucapnya tulus.
Shazia pun sendirian cukup lama, dia hanya bermain ponsel tanpa ada yang menyapa dan mau berbaur dengannya.
Shazia menatap sekitarnya agak kurang percaya diri. Semua keramaian itu membuat Shazia merasa sedih. Tatapan mereka yang seperti tak suka juga mengganggunya.
Apa karena kabarnya dengan Grey?
Shazia mendengus kesal, semua memang karena si kakak abu-abu itu! Shazia semakin sebal!
"Cium-cium sembarangan lagi! Sebel!" gumamnya sangat pelan. "Padahalkan ga serius pacaran!" masih saja Shazia misuh-misuh.
"I hate you!" sebalnya lagi seraya memukul kesal foto Grey yang kebetulan muncul di beranda Instagramnya.
"I Love You too.."
"ARGGGH!" jerit Shazia sampai ponselnya terlempar karena kaget mendapat bisikan dari orang yang sedang dia pukul fotonya.
Grey tersenyum miring dengan puas karena menjahili Shazia yang tengah misuh-misuh memukuli fotonya.
Semua mata yang awalnya tidak sadar dan sibuk pun menoleh. Mereka banyak terkejut karena kedatangan Grey ke lokasi shooting.
Film yang sedang di buat bukanlah film besar, makanya kedatangan Grey sebagai idola nomor satu membuat mereka menjerit senang.
Shazia mengerjap menatap sekelilingnya yang heboh dan semakin berisik.
Shazia sontak menoleh kaget saat mendapat kecupan di pelipis. Siapa lagi pelakunya kalau bukan si bebek tukang nyosor berwarna abu-abu itu.
Shazia menekuk wajahnya bete. Sudah membuat kehebohan di tambah lagi kecup-kecup sembarangan.
"Ikut ke mobil sebentar," Grey berjalan lebih dulu, mencoba memecah kerumunan di bantu manager Shazia yang kebetulan datang bersamaan dengan Grey.
***
"Kok bukan mobil van?" Shazia duduk di mobil kecil berwarna merah itu.
"Ini punya staff, ribet kalau pake yang gede.." jawab Grey dengan fokus pada ponsel.
"Terus kakak ngapain ke sini?! Pake cium-cium segala!" bibirnya maju beberapa senti saking sebal.
Grey tersenyum samar. "Ketemu pacar ga boleh?" tanyanya dengan tatapan usil.
Shazia mencebikan bibirnya jijik. "Terpaksa ya! Kita pacaran karena agensi! Kak Grey juga biangnya!" serunya marah.
Grey mengangkat bahu acuh lalu kembali memainkan ponsel.