"Terserah kamu," Grey terlihat agak kesal plus malas, entah mungkin karena lelah habis beres shooting dengan tempat yang berbeda-beda atau mungkin alasan lain.
Shazia manyun, kan kalau ada maunya baik banget, lembut banget bujuknya, bete!
Shazia meraih tasnya kasar, dia jadi malas memesan makanan. Dia tidak jadi lapar! Dia bete, sangat bete!
Grey menatap Shazia yang terlihat berjalan kesal menuju kamar bukan dapur. Grey menghela nafas sabar, dasar Shazia!
Grey kesal pada orang-orang dikerjaan, bukan padanya. Tapi, memang salahnya juga yang merespon seperti tadi. Shazia harusnya tidak terkena imbasnya.
"Istri lo kenapa tuh?" Ramdan duduk di samping Grey yang baru pulang. "Kasihan banget, makin sibuk aja di hari libur kayak gini," lanjutnya.
Grey menghembuskan nafas pasrah. Mau bagaimana lagi, Grey hanya memanfaatkan kesempatan selagi masih ada yang mau memperkejakannya.
"Lo ga ambil brand lagi? Lo bukannya mau mendalami jadi model?" tanya Grey. Grey membiarkan Shazia tenang dulu, dari pada berujung debat seperti tiga hari ke belakang.
Ramdan mengangguk. "Gue emang mau, cuma belum ada kesempatan aja. Boy band kayak kita makin banyak, gue harus banting stir biar tetep eksis," jawabnya santai.
Grey mengangguk. "Makanya gue terima aja tawaran film sekali pun lawannya bukan Shazia," balasnya.
Ramdan mangut-mangut paham. "Lo emang harus lebih kerja keras karena selain ibu ada Shazia sekarang," tatapannya menatap lurus televisi yang tengah memutar web series grupnya bersama Shazia.
"Baru tayang satu episode ya?" ujar Grey yang di angguki Ramdan.
"Kita shooting lagi minggu ya, buat episode terakhir, sejauh ini ratingnya bagus, di youtube tranding," jelas Ramdan tanpa beralih dari televisi.
"Hm.." Grey terkekeh pelan, ternyata si bocilnya kalau sedang akting luar biasa cantik dan lebih dewasa walau di matanya tetap menggemaskan.
"Gue yakin, ga akan lama lagi lo cinta ma tu anak," Brama muncul membuat keduanya menoleh.
"Baguslah, cinta sama istri sendiri," sahut Grey tanpa mengalihkan lagi tatapannya. Shazia di layar televisi tengah tersenyum manis menerima hadiah dari si pemeran utama yang siapa lagi kalau bukan dirinya, suaminya.
Grey menepuk jidatnya lupa. Hadiah yang dia siapkan untuk Shazia masih ada di lemari sudah hampir berminggu-minggu astaga! Semua karena kerjaan.
"Kenapa?" Brama menautkan alisnya heran melihat gelagat Grey.
"Lupa gue astaga!" tawanya pelan lalu bergegas ke kamar dengan lari kecil. Lumayan dia punya sesuatu untuk membujuk Shazia yang sedang bete.
"Gila kali dia," gumam Brama lalu ikut menatap layar televisi.
"Beruntung ya jadi Grey," celetuk Ramdan tanpa mengalihkan tatapan.
"Dalam segi?"
"Segalanya, dia bahkan punya istri yang disetujui fans walau awalnya sempet jadi masalah,"
"Lo mau juga?" Brama tersenyum miring.
Ramdan balas tersenyum. "Ga mungkin. Cuma Grey yang beruntung nikah secepet itu dan engga ganggu karier kita semua, kita mungkin akan terus jomblo sampe grup ga laku lagi," ceplosnya.
Brama tertawa pelan, dia setuju karena skandal dirinya dengan perempuan yang tak lain make up artisnya saja sangat ditolak walau secantik apapun wanitanya.
Di sini memang selalu Grey yang beruntung.
***
Brian menghembuskan asap rokok hingga mengepul di ruangan remang-remang dipenuhi wanita malam dan minuman itu.