"Ayo, malam ini kita nyatuin kelamin!" serunya semangat.
Grey melongo sesaat lalu berdehem pelan dan melirik jam yang menunjukan pukul 5 sore. "Harus malem?" tanyanya.
"Ga tahu, kok tanya saya!" balas Shazia dengan menyebalkan.
Grey menepuk keningnya.
Dasar bocil! Ga pernah serius!
"Nanti di sana pertanyaan kita ga terlalu serius, tapi tetep harus fokus. Bisa aja ke jebak, apalagi lo agak gitukan ya,"
Shazia menautkan alisnya. "Gitu gimana? Mau ngatain lagi bodoh ya?!" tebaknya dengan kesal.
"Pokoknya jangan terlalu banyak jawab deh, serahin aja sama gue," Grey membuka lembar demi lembar kertas yang berisi pertanyaan.
Katanya sih itu pertanyaan yang akan di ajukan tapi sepengalamannya, pertanyaan mengikuti obrolan yang mengalir alias tidak bisa di rencanakan.
"Coba tes deh sambil nunggu malem," Grey berdehem pelan, mencoba fokus. "Contoh gini, gimana bisa kalian ketemu, apa yang di jawab?" tanyanya.
Shazia menjentrikan jarinya. "Itu sih gampang!" remehnya. "Udah jelas dong, ketemu karena aku numpang di asmara kak Brian yang juga asrama kak Grey." jawabnya dengan senyum bangga.
"Ck! Ga bisa diandelin!"
"Ihh kenapa?!" seru Shazia. "Emang gitu nyatanya,"
"Kita itu ada di panggung sandiwara nanti, akting dong! Dasar pemula!" jengkel Grey.
Shazia menekuk bibirnya kesal. "Ya terus gimana jawabnya! Aku itu ga biasa ya bohong, mungkin kak Grey ahli jadi bisa.." balasnya tak kalah jengkel.
Grey menghela nafas sabar. "Jawabnya gini, kita ketemu karena ada acara keluarga, Brian kebetulan kakak, gitu.."
"Ihh! Makanya jangan suka ngejek bodoh ke aku! Kak Grey yang bodoh sekarang.." Shazia terbahak lucu sampai sedikit ada ngok ngok seperti babi. "Kan ga ada yang tahu aku sama kak Brian sodaraan," lanjutnya.
Grey sontak merutuki dirinya sendiri. Oke, dia memang sedang tidak fokus saking tak sabar menunggu malam untuk melepaskan burungnya.
"Ekhem! Gini aja, kita ketemu waktu jumpa fans,"
Shazia mengangguk. "Sepakat!" serunya dengan gaya kebocilan.
"Terus kalau gini, kenapa kita menikah muda?"
Shazia kembali tersenyum yakin dan bangga dengan jawabannya. "Karena kita mampu, eaaa!" lalu tertawa lucu.
Grey memejamkan matanya sekilas, jangan sampai darahnya tinggi lalu menghambat coblos mencoblos nanti.
"Serius, Shazia!" tegur Grey dengan berusaha sabar.
"Oke."
"Jawabnya gini, karena orang tua jauh dari pada menitipkan anak dan membebaskan pacaran lalu menumpuk dosa lebih baik dinikahkan, intinya gitu.."
"Oke,"
"Jangan cuma oke-oke aja!"
"Ck! Iya,"
"Pertanyaan lain, pendapat—"
"Aku males mikir, nanti ngaco. Maunya jajan, kak Grey!" rengeknya seraya menarik kaos lengan Grey.
"Ini acara live loh, acara pertama kita yang—"
"Beres jajan lanjutkan bisa, mau martabak depan, atau siomay atau baso atau—"
"STOP! Kita ga bisa keluar dari vila," potong Grey.