Brama membanting pintu kamarnya hingga terdengar sampai ruang tamu. Aji, Damar, Ando, Ramdan, Brian, Grey jelas paham kenapa Brama sampai seemosi itu.
Semua karena skandal Grey dengan Shazia yang kian memanas.
Grey juga merasa pening di tambah ibunya kembali drop mendengar kabar ini. "Gue harus ke rumah sakit," putusnya.
Aji menahan lengan Grey. "Lo gila? Gerak kita diawasi wartawan, jangan bikin masalah lagi!" tegurnya.
Ando menghela nafas. "Lo diem dulu aja, ada perawat yang bisa jagain 24 jam," tambahnya.
"Tapi—" Grey urung melanjutkan protesannya. Dia sudah cukup merasa bersalah pada semua anggotanya. Lebih baik dia diam.
Grey melepas cekalan Aji. "Kalau gitu gue mau telepon pihak rumah sakit dulu," pamitnya seraya melangkah menjauh dari mereka.
"Maaf ya," Shazia menunduk dengan bibir bergetar menahan tangis. Dia cukup terluka dengan kata sial yang keluar dari mulut Brama.
Brian menarik Shazia, memeluk dan mengusap punggungnya. "Gue yang maaf, gue ga jaga lo 24 jam," balasnya.
Shazia terisak pelan, dia jadi takut dengan semuanya. Berita semakin memanas, Aji dan Damar bahkan kini kembali diterror wartawan, mencoba memberikan pengertian dan sebagainya.
Ramdan menyugar rambut. "Kenapa bisa gini ya, seserem inikah netizen, apa ga bisa kita sebar video Grey sama Shazia di mobil?" tanyanya.
"Dengan pamer kecupan, pelukan? Sama-sama intim, Dan.." balas Ando.
Briam juga berpikir begitu. Tidak ada baiknya. Apa memang harus Shazia menikah dengan Grey?
"Nikah kontrak aja, agensi juga setuju. Dua tahun mereka bisa cerai," ujar Aji yang kembali gabung setelah menenangkan banyaknya wartawan yang menelpon.
Ramdan menoleh tidak setuju. "Pernikahan bukan permainan!" balasnya.
"Tahu, tapi liat keadaan. Apa Grey atau Shazia mau seterusnya? Apa Shazia dan Grey ga punya mimpi?" tanya Aji.
Grey kembali bergabung sedangkan Brian kini mengurai pelukan untuk mengangkat panggilan masuk dari sahabatnya.
Shania.
Brian berdiri dan melangkah melewati Grey, melirik Grey dengan masih tak bersahabat. Grey abai soal itu.
Grey mendekati Shazia, menarik lengan kirinya yang terdapat cakaran memanjang agak berdarah itu. Mungkin ada yang mencakarnya saat berdesakan mengurai wartawan.
"Perih?" Grey mengusap pinggiran luka itu.
Shazia menarik ingus lalu mengangguk pelan dengan bibir menekuk ke bawah. "Baru sadar dan baru ngeh, emang sakit." jawabnya agak manja dengan suara parau.
"Makanya jangan centil pake atasan tanpa lengan gini," omelnya menyebalkan.
Shazia semakin bete. Hari ini dia banyak dikatai, bukan hanya netizen, Brama kini Grey.
Shazia menarik lengannya kesal. Dia tidak mau di obati Grey!
"Siniin, jangan kayak anak kecil!"
Shazia mendekati Grey lalu menggigit lengannya saking kesal dengan semua yang terjadi. Dia marah pada Grey.
"AAHHKK!" jerit Grey saat lengannya di gigit sampai berdarah dan berbekas.
Shazia berdiri lalu pergi menuju ke asal tempat yang penting jauh dari Grey.
Grey meringis dengan menatap kepergian Shazia yang menghentak-hentakan langkahnya kekanakan.
Semua yang melihat itu hanya menghela nafas dan geleng-geleng kepala.