part 17(Sudah direvisi)

41.6K 1.8K 8
                                    

Happy reading

Taman sekolah adalah tempat Michel membawa nathan. Mereka berdua sedang duduk di bawah pohon mangga seperti biasanya.

"Ihh kesel banget deh gue sama Rafael,mau dia apa sih?! Rasanya pengen gue cakar aja itu muka songong"omel Michel sambil meninju angin untuk mengeluarkan kekesalannya.

Nathan, jangan bilang ia akan diam saja saat di hina Rafael tadi di kantin,tentu saja ia sangat marah dengan penghinaan cowok itu, Rafael pasti akan mendapat balasan jauh lebih dari ini,liat saja nanti.

"Maaf"ucap Nathan tiba-tiba.

Michel menyerit bingung. "Untuk apa?"

"Maaf karena belaain gue Lo tadi hampir di tampar Rafael"

"Ya ampun buat apa minta maaf,yang nyelamatin gue dari tamparan dia kan Lo juga"jelas Michel.

"Tetap aja"

"Gak usah merasa bersalah gitu,sekarang kan gue gak kenapa-napa" nathan hanya mengangguk pasrah.

"Huh,jagan bilang gue gak marah ya sama Lo"ucap Michel menatap sengit nathan.

"Kenapa? gue ada salah"

"Ada banget, kenapa Lo gak lawan aja sih si Rafael dia itu udah ngehina Lo,gerendahin harga di Lo tapi kenapa Lo malah diem"kesel Michel.

Nathan menatap Michel. "Buat apa? Emang kenyataan kan"

"Tapi kan Lo bisa ngelawan dia kalau di biarin itu orang bakal ngelunjak"

Nathan tersenyum penuh arti. "Biarin aja,nanti juga bakal dapat balasannya"

"Maksudnya?"bingung Michel.

"M-maksudnya Rafael nanti pasti dapet balasannya dari tuhan"Albi Nathan. Michel mengangguk pertanda mengerti. Dalam hati Nathan bernafas lega karena hampir kecoplosan.

*Di sisi lain

Setelah nathan dan Michael pergi dari kantin Rafael juga pergi dari sana seorang diri meninggalkan Alana dengan perasaan emosi.

"Kak Rafael mau kemana?!"teriak Alana. Tapi,tak di gubris oleh Rafael,ia melanjutkan langkahnya meninggalkan kantin.

Tangan Alana sudah terkepal kuat di bawah sana bahkan wajahnya sudah memerah menahan amarah. "Sial kenapa gue di tinggal sih"

Bastian yang meliat Rafael pergi dari kantin juga ingin menyusul cowok itu.

"Mau kemana Lo?"tanya Marchel yang meliat Bastian ingin pergi.

"Nyusul Rafael lah"

"Buat apa? Gak usah, biarin dia sendirian buat nenangin diri" Bastian mengangguk,benar juga perkataan Marchel.

"Woy Marchel kata lo Jagan nyamperin Rafael,tapi Lo sendiri yang nyamperin"ucap Bastian yang meliat Marchel berjalan keluar kantin.

Marchel menghentikan langkahnya tanpa membalikan badan. "Gue mau ke kalas bukan mau nyamperin Rafael" lalu ia kembali melanjutkan langkahnya.

"Tunggui gue mar"Bastian menyusul langkah Marchel.

"Kenapa gue di tinggal terus sih"cemberut Bastian yang sudah menyamakan langkahnya dengan Marchel.

Marchel geli meliat bastian yang bibirnya di buat monyong kedepan. "Jijik gue liatnya"

"Biarin,gini gini juga temen Lo kan"kata Bastian. Marchel hanya memutar bola matanya malas.

Marchel memasukkan dua tangannya kedalam kantong celana. "Gue heran sama Rafael" celetuk Marchel yang meliat kelakuan temennya itu saat di kantin.

"Heran kenapa?"tanya Bastian menatap bingung.

Menjadi Michelina [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang