Chapter 19

1K 139 74
                                    

-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-

-

-

-

*Happy Reading*

****

"Rissa- sudah aku bilang jangan ikut campur dalam permasalahan kasus pembunuh kemarin. Kamu dengerin bang sagar nga sihh?"Suara sagar sedikit membentak, rissa benar-benar keras kepala.

"Nga bisaaa, banyak hal yang ingin rissa tau. Termaksud keluarga amora- Bunda selalu tidak mendapatkan keadilan dirumah ini, dan rissa akan cari cara agar bunda iren mendapatkan haknya sepenuhnya."Rissa tak kalah meninggikan suaranya.

"Rissa!"

"Sagar."Alana menghentikan sagar agar tak main kasar pada rissa. Hampir saja tangan sagar terangkat untuk menampar rissa.

"Biarin mba alana, rissa udah sering dapat ketidak adilan seperti ini. Mau ditampar beribu-ribu kali, rissa nga akan merasa sakit. Karena luka batin rissa lebih besar, dari pada luka fisik".Runtuh sudah pertahanan rissa, airmata yang selama ini tak pernah jatuh di depan keluarga nya, kini airmata itu sudah membasahi pipi rissa.

"Rissa, nga gitu."Alana mengambil tubuh rissa untuk ia peluk.


*

*

*

Ditempat lain varo dan dewa tampak tengah duduk bersama di sebuah restoran mewah dan besar.

Dua bersaudara, yang saling menatap dengan tatapan yang sama-sama sulit di artikan.

"Lebih baik lo suruh renata, buat nga ikut campur dalam urusan saya- Jika tidak, saya tidak akan segan-segan melakukan hal yang buruk pada putri mu itu varo."Dewa berucap menatap tajam varo yang terlihat sangat tenang, dan bahkan tak ada ketakutan sama sekali yang terlihat diwajah lelaki yang berstatus sebagai adik nya itu.

"Hahahahaha, Dewa- Lo tau sendiri aku sama sekali nga akan takut sama ancaman kamu, sedikit saja kamu menyentuh putri saya, maka kau juga akan kehilangan putri kesayangan mu. Bukankah impas?"
"Cikhhh, kau tau aku bahkan sudah mengawasinya. Sedikit saja kau menyentuh renata maka--"

"Dorrr."

"Kau tau kannn, seberapa berkuasa nya aku? Kau bahkan tidak ada apa-apa nya dibandingkan dengan kekuasaann ku dewa- Kau itu hanya butiran debu, yang bisa saya hempaskan kapan saja, hanya dengan satu gerakan saja."Ucap varo dengan nada penegasan,

Queen BarBar (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang