chapter 22

1K 144 71
                                    

-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-

-

-

-

*Happy Reading*

*****

"Gue udah bilang sama lo jangan macam-macam sama gue rose'- Kenapa lo nga dengerin juga?"

"Amara, bukan seperti itu. Aku hanya ingin kau berhenti untuk melakukan sesuatu yang akan merugikan Orang lain, terkhusus untuk Rissa- Apa kau tidak lelah, jika terus menganggu kehidupan Rissa? Dia itu sepupu kita amara."Ucap rose'.

Masih pagi-pagi rose dan Amara sudah harus berdebat- Dua gadis aneh yang selalu bersama, namun juga sering sekali berdebat.

"ROSE'!!"

Hampir saja rose jatuh ke lantai karena dorongan amara, namun belakangnya ditahan oleh seseorang.

"Lisaaa?"

"Lo nga apa-apa?"Tanya lisa.

Rose tersenyum tipis, seraya menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan lisa.

"Bisa nga lo jangan kasar?"Lisa berucap menatap tajam amara.

"Nga usah ikut campur urusan gue- Lo mending pergi dari sini, Sebelum gue ngebuat lo menyesal nanti!"Bentak amara.

"Amara, lo itu hanya manusia sampah yang mengunakan kekuasaan orang tua lo untuk melawan orang lemah seperti kami. Lo tau? Lo bahkan hanya seupil kuku, jika berhadapan dengan Rissa. Lo nga ada apa-apa nya jika dibandingkan dengan Rissa."Lisa berucap dengan wajah meremehkan amara.

"YAKK, BERANINYA KAU!"

Tangan Amara sudah terangkat untuk menampar lisa, namun terhenti karena seseorang yang menahan nya.

"Deva?!"

"Lepas sialan!"Amara memberontak, ia menarik tangannya yang di genggam kuatt oleh Deva.

Brukkk...

Deva melepaskan tangannya, dan mendorong Amara hingga membuat gadis itu terjatuh di lantai.

"Ayoo kita pergi dari sini- Kenapa kalian mau meladeni gadis gila seperti nya."Ucap Deva mnarik tangan lisa, dan rose untuk pergi.

"YAKKK!"

Teriak Amara, merasa kesal. Sedangkan 3 orang itu tetap pergi tanpa peduli teriakan Amara, sejujurnya rose ingin membantu namun tangan nya di tarik erat Deva.

"Sialan, akan kubalas kalian!"umpat Amara berdiri, setelah itu pergi dengan perasaan marah dan penuh dengan kekesalan.

Deva membawa dua gadis itu ke kantin untuk sarapan pagi. Di meja hanya ada lisa dan rose, sedangkan deva pergi untuk memesan makanan.

Queen BarBar (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang