Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
-
-
-
-
*Happy Reading*
******
Karena tidak merespon sosok amarah sepupu nya, iren kembali memanggil dokter lain agar bisa memeriksa anaknya itu. Sepertinya ada yang bermasalah dengan kesehatan rissa, terlebih otaknya yang munkin sedikit tergeser gara-gara kecelakaan kemarin.
"Dok, apa anak saya baik-baik saja? Apa dia amnesia?"
"Maafkan sy nyonya iren, tapi sy tidak menemukan diagnosa amnesia."Ucap dokter laki-laki itu. Awalnya iren ingin memanggil Alana, tapi Alana tengah melakukan operasi, terpaksa ia memanggil dokter lain agar bisa memeriksa rissa secepatnya.
"Dokter, tapi anak saya tidak mengingat siapa-siapa."Dokter itu menatap rissa yang tengah dengan lahap memakan buah apel secara langsung tanpa dikupas sama sekali, lalu mengecek hasil pemeriksaan. Tidak ada keluhan di bagian kepala nya, rissa sehat. Ini aneh.
"Kemungkinan efek obat dan koma."
"Yang jelas dong, dok. Masa kemungkinan?"Rissa menyela tidak Terima dengan penjelasan dokter. "Saya memang tidak kenal siapapun. Dokter, kepala saya terbentur aspal karena terlempar keluar dari mobil. Amnesia kayaknya deh, dok."
"Maaf nona rissa, tapi kenyataan nya tidak ada benturan keras dikepala."Rissa mengingat jelas bahwa kepalanya terbentur. Memang tidak keras, tapi lumayan sakit njirr."Sepertinya nona rissa mengalami geger otak ringan."
Rissa menghembuskan nafasnya dengan kasar menatap seksama dokter yang tengah memeriksa nya itu.
"Jangan pake sepertinya dong, dok. Perjelas, biar ini otak sy paham."
Sungguh, Orang-orang yang berada di ruangan itu kaget dengan jawaban rissa. Ada apa dengan rissa? Sungguh pemandangan yang aneh, rissa selama ini gadis yang diam, dingin, tak banyak bicara. Sejujurnya rissa selama ini adalah gadis yang introvert, tapi lihatlah sekarang? Ini malah terlihat kebalikan nya. Rissa sepertinya sedang ingin membuat dokter itu kesal.
"Baik nona, sy periksa lagi."Rissa melihat dua suster tengah mencatat apa yang sedang dokter lakukan. Entahlah, rissa menurut saja. Di ambil darah pun, rissa terlihat santai. "Baiklah Kami akan kembali setelah mendapatkan hasil pemeriksaan nya."
Rissa bernafas lega, lalu menoleh ke samping kanan nya. Mendapatkan tatapan sedih dari bundaa nya, membuat hati rissa merasa ikut sedih. Sebenarnya ada apa dengan bunda nya? Kenapa ia harus melihat wnita itu terus bersedih, dan kenapa? Kenapa orang-orang yang ada di ruangan itu terlihat begitu acuh padannya, bahkan pada bundaa nya.
"Ada apa dengan bunda? Kenapa dia terus bersedih bahkan menangis seperti ini? Dan orang-orang yang duduk di sofa itu siapa mereka? Sama sekali tidak berguna, mereka berada di ruangan ku. Jangan kan bicara, mereka bahkan tak menanyakan kabar ku semenjak aku sadar."Rissa bergumam, dengan perasaan kesalnya.