13

2.2K 85 2
                                    

Arsya kini masih terdiam dengan shock nya, tangannya menutup mulutnya guna menahan isakan nya.


Mengapa


Mengapa harus seperti ini, mereka adalah kakak adik, dan arsya juga seorang laki-laki

Dosa apa yang telah diperbuat dulu, sampai dia harus menerima kenyataan pahit seperti ini

Arsya masih menangis meratapi nasibnya. Apakah karena hal ini, kakaknya selalu membenci dirinya?
Memikirkannya membuat arsya menjadi tambah sakit.

Akhirnya setelah sekian lama menangis, arsya pun jatuh terlelap akibat kelelahan























Keesokan harinya

Arsya mengeliat pelan dalam tidurnya, mata bengkanya pun mulai terbuka. Ingatan tentang kejadian tadi malam masih melekat di otaknya.

Tes

Tes

Tes

Mata itu pun mulai kembali meneteskan air mata. Hati dan pikirannya pun mulai tak karuan memikirkan segala sesuatu yang terjadi pada dirinya


TOK! TOK! TOK


Suara ketukan pintu membuat arsya segera menghapus air matanya dengan terburu-buru tanpa tersisa, tak ingin keluarga nya khawatir tentang keadannya. Meski itu sia-sia karena mata arsya yang saat ini terlihat masih bengkak

"Dek, udah bangun?". Ucap orang tersebut yang ternyata adalah papanya

" I-iya pa, udah". Jawab arsya sedikit gugup dan takut

"Yaudah cepet mandi, setelah itu turun terus makan".ucap sang papa setelah itu pergi

" Iya paaa! ". Jawab arsya sambil sedikit berteriak

" Hufff,,, untung papa ngk masuk ".ucap arsya lega.

Arsya lantas bangun dari kasurnya dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya sambil berendam di bathtub untuk sedikit menenangkan pikirannya

























Diruang makan, arsya kini dibanjiri pertanyaan oleh mama dan papanya perihal matanya yang bengkak, seperti

"Dek, itu kenapa matanya kok bengkak? Kamu habis nangis". Tanya sang mama

" Siapa yang bikin kamu nangis, cepat bilang ke papa". Ucap sang papa tegas

"Dek, ayok jawab kamu kenapa kok bisa nangis". Tanya sang mama lagi dengan khawatir, pasalnya anak bungsunya tersebut dari tadi hanya diam dan menundukkan kepalanya tanpa mau menjawab semua Pertayaan yang telah diajukan kepadanya

" Jawab Arsya!". Ucap sang papa semakin tegas dengan raut wajah yang sudah terlihat dingin

"A-anu a-arsya cuman mimpi b-buruk iya mimpi buruk". Jawab arsya dengan tergagap.

" Yang bener, kamu jangan bohong sama mama dan papa".ucap sang papa lagi

"N-gak kok arsya ngk bohong". Jawab arsya dengan bumbu kebohongan

" Udah-udah sekarang ayok kita makan, nanti kamu telat sekolah dek". Ucap sang mama menengahi

Akhirnya, acara makan pagi itu pun mulai kembali berlanjut, meskipun sedikit terasa dingin

Arsya yang menyantap makanannya dengan diam pun mulai teringat akan sosok kakaknya yang tak sekalipun terlihat oleh ujung matanya




Kemana kakaknya tersebut?

















































Hubungan Terlarang (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang