06. Hal Berharga

2K 346 49
                                    

BAGIAN 06
SEBELUM FAJAR
© NAYLTAE
2023

.

.

.

SAAT itu, saat matahari terik tepat berada di atas kepalanya, Arjuna tersadar karena merasa kulitnya seolah terbakar. Dia mengerjap berat, kembali menutup mata untuk mencerna apa yang baru terjadi padanya, setelah ingatan itu terkumpul rapi di memori, dia buru-buru bangkit dan mengedarkan pandangan pada sekitarnya.

Arjuna kesampingkan dada sesak, kepala pusing, serta tubuhnya yang sakit. Melihat hancuran badan pesawat serta barang-barang berserakan di sekitarnya, Arjuna panik bukan main. Yang paling membuat tubuhnya gemetar, adalah ketika pandangannya jatuh pada tubuh rekan-rekannya yang terkapar lemas di antara puing-puing pesawat.

Kakinya sempoyongan berjalan menghampiri rekan-rekannya yang entah mati atau bernasib sama dengannya. Dia menggoyang-goyang satu persatu tubuh rekan-rekannya yang terlelap sambil menangis tanpa air mata. Tangisan panik dan takut. Arjuna takut seandainya hanya dia yang selamat. Dia takut sebab tak bisa memastikan anggotanya sampai dengan selamat.

"Bangun... Bangun!" Arjuna tak tahu harus berbuat apa.

"Gimana... Gue harus gimana kalo kalian enggak bangun." Terus menerus, Arjuna memukul keras salah satu rekannya. "Bangun, Sehan! Bangun!"

Hingga Sehan tiba-tiba terbatuk keras, Arjuna baru berhenti menangis. Dia buru-buru menekan dada pria itu, memaksanya mengeluarkan air dari dalam paru-paru sambil tak henti merapalkan do'a. Saat itu, satu-satunya yang dia pikirkan adalah dia tak mau selamat sendirian. Dia tak mau meninggalkan rekan-rekannya sendirian.

Sehan berkedip-kedip lambat, berusaha melihat sosok Arjuna di sebelahnya. Pria itu menghela napas, tak bergerak sebab dia belum mampu melakakuan apapun, termasuk bicara. Pun Arjuna mengambil kesempatan hening itu untuk menghampiri rekannya yang lain. Melakukan hal sama seperti yang dia lakukan kepada Sehan.

Ada lima yang lain selain dirinya. Namun pada akhirnya, Arjuna hanya bisa menyelamatkan dua di antaranya. Sehan dan satu anggota Arunika, Nadhifa. Saat itu, mereka menghabiskan dua jam setelah tersadar untuk memulihkan energi sambil menatap jasad rekan-rekan yang berserakan di sekitar mereka. Arjuna kembali menangis meski tanpa suara. Dia jadi satu-satunya orang yang menangis di antara tiga yang lain.

"Berhenti nangis, bangsat! Lo kenapa, sih?"

Atas gertakan Sehan, Arjuna menghentikan tangisnya, menatap Sehan. "Lo enggak takut sama mereka? Lo enggak kasihan sama mereka walaupun cuma sedikit, hah?! Gila lo. Enggak punya hati."

"Ya terus harus diapain? Kalo lo bisa bikin mereka hidup lagi, silakan! Gue enggak larang!"

Arjuna bangkit dan langsung mencengkeram kerah baju Sehan. Emosinya bercampur tangis, membuat suaranya bergetar saat bicara, "Gue hajar mulut lo kalo sampe berani ngomong sekali lagi."

"Orang mati, ya mati! Gue bener, 'kan? Ngapain ditangisin?"

"Guys." Nadhifa memecah ketegangan di antara Arjuna dan Sehan. "Enggak ada gunanya ribut di depan mayat. Kalo punya otak, lo berdua seharusnya mikirin cara buat keluar dari sini."

Arjuna menatap Sehan tajam dengan mata marahnya sebelum melepas kerah baju pria itu. Nadhifa benar. Bagaimana pun keadaannya, mereka harus mencari bantuan untuk keluar dari sini. Namun melihat jasad rekan-rekannya yang mulai membiru, Arjuna dibuat menggigit bibir untuk menahan tangis. Dia sungguh tak sanggup meninggalkan rekan-rekannya di sini.

Sebelum FajarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang