20. Setahun Silam

1.5K 304 32
                                    

BAGIAN 20
SEBELUM FAJAR
© NAYLTAE
2023

.

.

.

KEDATANGAN Arjuna dan Sehan disambut heboh oleh delapan orang lainnya, terlebih Julian. Dia khawatir dengan Sehan yang pucat pasi, meski di sisi lain tergelitik geli sebab pemandangan Sehan dan Arjuna berjalan bersisian adalah hal yang amat langka. Keduanya bagai selamat dari terdampar padahal sedang terdampar.

"Lo dari mana aja, sih?" Tentu saja, Julian hanya mengkhawatirkan Sehan. "Kalo enggak tahu jalan itu please, deh, enggak usah ke mana-mana."

Sehan sedikit melirik ke arah Hadyan yang kini tengah menatapnya. Dia masih geram karena gagal dengan rencananya terhadap pria itu, namun pagi ini kepalanya kepalang sakit untuk mengamuk. "Bawel, ah. Minggir, kepala gue pusing, pengen tidur."

Ketika Sehan berlalu pergi, Arjuna yang juga pusing mengikuti pria itu. Selain Amel, tak ada yang bertanya bagaimana keadaannya. Sungguh, dia ingin sekali saja diperhatikan oleh rekan satu timnya. Ketimpangan yang terjadi antara dia dan Sehan pagi ini cukup membuatnya merasa kecil, padahal seharusnya dia yang paling diperhatikan karena dia adalah kapten.

"Gue enggak mau, ya, berbagi tempat tidur sama lo," kata Sehan begitu mereka tiba di dalam.

Arjuna mengangguk-angguk saja. Toh, lagipula dia tahu persis Sehan akan seperti ini. Namun, apa yang terjadi setelahnya jauh meleset dari perkiraannya. Sehan mengambil kain-kain dari atas satu-satunya ranjang yang ada dan menggelarnya ke tanahㅡmengosongkan spot yang biasa pria itu gunakan ketika sakit.

"Tidur di bawah?"

Sehan merebahkan diri sambil melirik malas. "Kira-kira?"

"Enggak usah. Biar gue aja yang tidur di bawah. Lo di atas."

"Mulai, deh. Gue muak banget sumpah kalo lo mulai sok baik gini. Kayak tadi pagi aja, kali. Katain gue bangsat, segala macem. Gue lebih nyaman kalo lo begitu."

Kepalanya yang pening mudah memahami maksud kalimat Sehan. Meski begitu, dia tak ingin besar kepala menganggap Sehan sudah memaafkannya (atas kesalahan yang entah apa). Rasa tak nyaman itu benar, dia biasa mengalah pada anggota timnya, namun dia tetap patuh untuk tidur di ranjang atas dan membiarkan Sehan terlelap di bawah.

Sambil memejamkan mata, Arjuna berterima kasih kepada kejadian malam kemarin dan pagi ini. Waktu-waktu menegangkan itu memberi kesempatan untuk mereka memahami satu sama lain lewat perilaku yang tampak, meski sebagian besar yang mereka lakukan hanya saling mengolok.

ㅡ sebelum fajar ㅡ

Tiba di waktu sore saat semua orang sibuk berkeliling ke sana kemari baik untuk mencari makanan atau sekadar menghilangkan stres, Julian dan Rangga jadi dua orang yang tersisa di tempat yang samaㅡgubuk tua mereka. Julian melipat dua tangan di dada, berdiri di depan pintu sambil memandang pemandangan aneh di hadapannya. Dia menerka-nerka apa yang terjadi pada Sehan semalam hingga pria itu membiarkan Arjuna tidur di ranjang.

"Kira-kira, Sehan kenapa?" dia bertanya kepada Rangga yang tengah duduk di kursi favoritnya.

Sambil memandang tangannya yang hancur, Rangga menjawab ringan, "Udah baikan, kali."

"Masa, sih?"

Masalahnya, Julian tahu betul Sehan. Sejak awal Arjuna menjadi kapten, dia selalu menunjukkan ketidaksukaannya kepada pria itu di mana saja, baik di depan Arjuna maupun saat tengah bersama dirinya dan Tama saja. Artinya, Sehan memang membenci Arjuna. Dia penasaran bagaimana Arjuna bisa meluluhkan hati Sehan yang luar biasa keras itu.

Sebelum FajarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang