BAGIAN 32
SEBELUM FAJAR
© NAYLTAE
2023.
.
.
SETELAH Sehan, Julian, dan Iqbal berlayar jauh hingga tak terlihat, Rangga dan Arjuna kembali termenung di depan api unggun yang kini telah benar-benar padam. Semakin sunyi, matahari semakin merangkak turun. Panas yang semula terik mulai berubah hangat. Di titik itu, keduanya berharap tiga temannya yang berlayar akan tiba di pulau tujuan sebelum malam jatuh.
"Gue takut mereka enggak balik lagi."
Arjuna menoleh, menatap dari samping wajah Rangga yang disirami cahaya matahari sore. "Justru bagusnya begitu. Mereka enggak boleh balik, tapi bantuan dari mereka yang harus dateng ke sini."
Rangga mengangguk-angguk. "Bener."
Seandainya pelayaran tiga temannya berhasil, akan ada bantuan yang cepat atau lambat datang menjemput mereka. Kemungkinan itu memberi sedikit napas lega untuk Rangga dan Arjuna. Akhirnya setelah satu bulan, mereka akan benar-benar kembali ke rumah. Keluar dari tempat ini dan meninggalkan semua kenangan pahit serta manisnya.
"Omong-omong, kalo enggak keberatan, lo mau bantu gue bersihin luka gue, enggak? Gue enggak mau pulang dengan keadaan kaki yang memprihatinkan."
Arjuna diam sejenak memperhatikan luka itu. Rangga benar. Setelah satu bulan, meski selalu dibersihkan, luka itu tak sedikitpun membaik.
"Sorry, karena gue sakit gue jadi lupa bersihin luka lo." Arjuna tak ragu menarik pelan kaki Rangga.
"Pake minta maaf segala. Justru gue yang minta maaf karena ngerepotin lo terus selama ini."
Dengan telaten Arjuna membuka bebat, mencuci luka, dan membalut kembali luka itu. Masih pada atensi yang sama, dia kemudian mengangkat bahu acuh. "Selagi gue enggak keberatan, enggak masalah."
Bertepatan dengan matahari terbenam saat Arjuna selesai membebat luka Rangga. Tampilan luka itu jadi lebih baik dari sebelumnya. "Selesai."
Rangga meluruskan kakinya. "Thanks."
Selanjutnya, Arjuna kembali menumpuk kayu-kayu dan menyalakan api. Hingga bantuan datang, mungkin mereka akan kembali bermalam di tempat ini, dan semoga, ini adalah malam yang terakhir.
"Sebenernya gue mau minta tolong sekali lagi sama lo."
Arjuna menatap Rangga heran. "Minta tolong apa?"
"Mau temenin gue ke tebing? Mumpung malem ini purnama, gue pengen liat laut dari atas." Terdengar Rangga ragu dan canggung saat mengatakannya. "Tapi kalo lo masih sakit dan lagi enggak mau jalan jauh, enggak apa-apa. Kita di sini aja sampe besok."
Tak bohong kalau sisa sakitnya masih terasa di kepala dan tubuh Arjuna. Namun, permintaan Rangga seolah adalah keinginannya juga. Seandainya besok mereka selamat, ini akan jadi kali terakhir mereka memandangi lautan secara jelas dari puncak tebing. Setidaknya untuk terakhir kali, mereka harus berterima kasih kepada hutan serta lautan.
"Boleh, ayo." Arjuna setuju. "Buat yang terakhir kali."
Rangga tersenyum. "Ya, buat yang terakhir kali."
Berbekal kayu berapi di tangan Rangga, mereka memasuki hutan yang gelap dengan langkah pelan. Berjalan bersama Rangga yang sulit melangkah cukup membuat perjalanan mereka terasa panjang dan melelahkan. Namun, Arjuna dengan sabar meniti satu langkah tiap dua detik demi menyamai langkah Rangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebelum Fajar
Fiksi PenggemarCakrawala dan Arunika adalah sebelum fajar yang menanti fajar. Di pulau tak berpenghuni itu, mereka belajar bagaimana ego dikesampingkan demi menyelamatkan nyawa. Di pulau tak berpenghuni itu, mereka merasakan setiap rintangan seolah benang yang men...