BAGIAN 31
SEBELUM FAJAR
© NAYLTAE
2023.
.
.
SATU jam yang lalu, Sehan kembali dengan makanan serta kayu bakar yang bisa mereka gunakan hingga nanti malam. Syukur pria itu benar-benar pulang meski terlambat, pikir Julian. Namun, bukannya duduk dan segera membuat api unggun untuk memasak, pria itu malah memaksa Julian kembali ke hutan tanpa mengatakan alasan apapun.
Maka, karena dua orang lainnya sedang dalam keadaan tak memungkinkan untuk berkegiatan normal, Rangga yang pincang akhirnya turun tangan. Masih dalam keadaan duduk, dia bergerak menuju depan gua untuk menyusun kayu dan menyalakannya tanpa bantuan Julian. Dalam heningnya, dia membiarkan Iqbal dan Arjuna beristirahat lebih lama di dalam.
Sambil membolak-balik kayu bakar, Rangga sesekali melirik kakinya hari ini berupa begitu buruk. Arjuna yang biasa mengurusnya masih beristirahat sejak kemarin, pun dia tak berniat mengganggu pria itu dan semua orang hanya untuk mengobati kakinya yang busuk. Dia biarkan luka yang semula kecil kini melebar ke bagian kakinya yang lain. Menggerogoti hingga ke tulang dan menghasilkan ngilu pada saat-saat tertentu.
Makan siang sudah siap sejak tadi, tetapi Rangga terlalu tak enak membangunkan Arjuna dan Iqbal. Dia tak yakin apa yang paling dibutuhkan dua temannya itu saat ini. Makanan atau istirahat.
"Nyenyak banget mereka tidur." Rangga menoleh, menatap dua temannya dengan perasaan hangat sekaligus sedih. "Kasian mereka. Harus sakit dulu supaya kalian bisa tidur nyenyak, ya?"
Berselang tiga detik setelah Rangga selesai dengan kalimatnya, Arjuna terbangun tetapi langsung berlari keluar gua. Rangga panik, takut hal seperti kemarin terulang lagi. Namun, syukurnya Arjuna berhenti di pinggir gua lalu menunduk. Pria itu muntahㅡmengeluarkan isi perutnya yang tak ada.
"Jun? Mual, ya?" Di tempatnya, Rangga bertanya.
Arjuna tak menjawab. Dia masih berusaha mengeluarkan apapun dari dalam perutnya. Rangga yang prihatin bergerak mendekat, mengurut tengkuk pria itu meski masih tak ada apapun yang Arjuna keluarkan dari perutnya.
"Jadi gini rasanya enggak bisa muntah."
Arjuna mengingat dulu Sehan pernah menderita sebab mual tanpa bisa muntah. Amat sangat menyiksa. Sejak semalam dia memaksa dirinya untuk tidur demi meredam rasa mual, tetapi pagi ini justru puncaknya. Kalau disuruh memilih, Arjuna lebih baik pusing seharian daripada merasakan penderitaan tanpa obat ini.
"Minum dulu."
Tahu-tahu Rangga menyerahkan air yang ditampung batok kelapa kepadanya. Dengan segera dia menenggak air hujan itu. Menetralisir sedikit rasa mual.
"Gue tau lo mual, tapi perut lo harus diisi supaya nanti bisa muntah." Rangga yang sulit berjalan membantu Arjuna berjalan. Dia membawa pria itu duduk bersamanya di depan api unggun yang nyaris padam. "Makan duluan, gue bangunin Iqbal dulu."
Arjuna patuh. Meski ingin menolak, kalimat Rangga adalah benar. Dia harus menyantap menu membosankan di hadapannya agar nanti tak perlu menderita karena tak bisa muntah. Sedangkan Rangga berusaha membangunkan Iqbal di dalam, dia menghela napas, mengunyah makanannya sambil menatap lautan yang berkilau karena sinar matahari.
Kosongnya suasana membuat Arjuna mau tak mau kembali mengingat kejadian pahit kemarin. Pantai sepi ini membuatnya merasa seperti kembali menuju momen saat dirinya, Julian, Amel, dan Rangga hanya berempat di tempat yang sama. Begitu hambar dan tanpa harapan. Namun, karena mulai terbiasa bersama tawa teman-temannya, kali ini Arjuna merasa berkali-kali lebih hancur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebelum Fajar
FanficCakrawala dan Arunika adalah sebelum fajar yang menanti fajar. Di pulau tak berpenghuni itu, mereka belajar bagaimana ego dikesampingkan demi menyelamatkan nyawa. Di pulau tak berpenghuni itu, mereka merasakan setiap rintangan seolah benang yang men...