BAGIAN 16
SEBELUM FAJAR
©NAYLTAE
2023.
.
.
SEBAGAI yang bertugas memastikan keadaan anggota tim baik-baik saja, Julian cukup teliti memperhatikan gerak-gerik dan air muka semua rekannya. Saat ada yang terlihat murung, Julian dengan jurus badutnya akan menghibur mereka semua. Begitupun saat yang ada mulai mengeluh sakit, secepat kilat Julian memberi pertolongan pertama.
Julian cukup senang mendapat tanggung jawab ini dari Arjuna, seolah pria itu tahu di bagian mana kelebihannya. Meski begitu, bukan berarti dia menerima begitu saja Arjuna sebagai pasangannya. Beberapa orang akan lebih sering meminta bantuan kepada Arjuna sebab pria itu adalah kapten, terlebih anggota Arunika. Julian tak bohong, dia cukup terganggu dengan hal itu.
Sejak hari pertama bertemu, Julian sudah memperhatikan bagaimana perubahan sikap Iqbal. Kawan jahilnya selama di tim itu berbeda total dengan biasanya. Tak ada Iqbal yang berisik, tak ada Iqbal yang tiba-tiba bernyanyi saat keadaan tengah serius, dan tak ada Iqbal yang rutin mengobrol dengannya sebelum tidur. Teman satu kamarnya itu jadi luar biasa pendiam selama di sini.
Maka, hari ini Julian berniat melakukan sesuatu kepada pria itu. Setelah memutar otak semalaman demi menemukan cara untuk membuat Iqbal kembali ceria, akhirnya diputuskan bahwa hari ini dia akan mengajak Iqbal berjalan-jalan.
Julian menemukan topi koboi di antara tumpukan barang-barang tak terpakai di belakang gubuk, entah milik siapa. Dengan kepala yang ditutupi topi usang itu, sambil menenteng tongkat kayu dan panci, Julian berjalan menuju gerombolan teman-temannya yang tengah bersantai di teras gubuk.
"Perhatian! Perhatian!"
Seperti dugaan, semua atensi tercuri kepada Julian.
"Panggilan kepada Arshaq Iqbal, hari ini gue bakal mengospek lo. Jadi, ikut gue sekarang."
Iqbal kebingungan, begitu juga yang lainnya.
"Ospek apaan?" Karena Iqbal diam, Arjuna yang merespons.
"Ya, ospek kecil-kecilan aja biar Iqbal kuat bertahan di sini. Hidup di alam liar enggak semudah yang lo bayangkan. Lo harus punya skill bertahan hidup yang baik, dan sekarang, gue akan latih Iqbal buat hal itu."
Iqbal menoleh ke kanan dan ke kiri. "Gue doang?"
Julian sejenak berpikir. "Semua orang boleh ikut, boleh juga enggak. Tapi lo wajib ikut."
Kelakuan Julian kali ini cukup membuat Arjuna geleng-geleng kepala sambil menahan tawa. Dia tahu apa maksud di balik kegilaan Julian pagi ini. Jadi, dia akan membiarkan Julian melakukan apapun kepada Iqbal. Bahkan saat pria itu memberikan satu tongkat yang mirip dengan miliknya kepada Iqbal yang melongo kebingungan.
"Gue enggak mau."
"Harus mau!"
Iqbal masih kekeuh. "Enggak mau."
Julian menghela napas frustasi. Kalau bisa, dia ingin sekali berteriak bertanya kepada Iqbal, "Mana Iqbal yang selama ini gue kenal? Gue kehilangan Iqbal yang ceria dan absurd." Namun, tidak di depan semua orang. Hal itu hanya akan membuat suasana pagi ini jadi canggung dan tak menyenangkan.
"Udah, Bal, ikut aja enggak apa-apa."
Iqbal menoleh. "Gue udah bilang enggak mau."
Mendengar jawaban tegas itu, senyuman di bibir Arjuna tandas seketika. Ekspresi Iqbal tak menunjukkan sikap main-main. Itu adalah ekspresi yang mirip seperti kali pertama dia melihat Iqbal. Pria itu masih ketakutan, masih sulit menerima bahwa saat ini dirinya selamat bersama teman-temannya yang lain. Arjuna pikir trauma itu sudah hilang, namun, Iqbal masih menyimpannya diam-diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebelum Fajar
Fiksi PenggemarCakrawala dan Arunika adalah sebelum fajar yang menanti fajar. Di pulau tak berpenghuni itu, mereka belajar bagaimana ego dikesampingkan demi menyelamatkan nyawa. Di pulau tak berpenghuni itu, mereka merasakan setiap rintangan seolah benang yang men...