BAGIAN 13
SEBELUM FAJAR
© NAYLTAE
2023.
.
.
HARI-HARI yang berlalu membuat semua orang mulai terbiasa beraktivitas di rumah baru mereka. Meski terkadang ada suara tangis diam-diam dari anggota yang mungkin sudah merindukan rumahnya. Di siang hari saat bersama-sama, mereka justru jadi lebih dekat dibanding saat tinggal di asrama.
Pagi di hutan lebih dingin dibandingkan pinggir pantai, namun, pada waktu itulah semua orang mulai beraktivitas. Ada yang pergi ke untuk mencari makanan, memasak air untuk diminum, bersantai di kursi kayu teras gubuk sambil bersenandung, ada pula yang diam saja sambil memandang langit seperti Iqbal.
"Astaga, Rangga! Hati-hati, dong!"
"Sorry. Beneran Sorry."
Kegaduhan mulai terjadi saat tongkat kayu yang Rangga gunakan untuk berjalan patah sehingga dia tak sengaja menyenggol Shafa yang tengah membawa panci berisi air panas. Airnya tumpah membakar sebagian lengan kanan Rangga, namun karena bersalah, dia berusaha tak meringis dan bersikap setenang mungkin.
"Biar gue yang ganti rebus airnya. Sorry, ya."
"Bukan masalah airnya, Rangga." Shafa meletakkan panci ke tanah, menarik tangan Rangga yang sejak tadi disembunyikan. "Tangan lo, astaga..."
Orang-orang mulai berkumpul mengelilingi Rangga, dan itu sedikit membuatnya tak nyaman hingga menarik kembali tangannya dari Shafa. "Enggak apa-apa, merah doang. Udah-udah, pada bubar."
"Airnya baru mendidih, sekarang baru merah, nanti kulit lo bakal ngelupas."
"Astaga, segitunya banget. Ngelupas juga lo enggak usah khawatir, Shafa." Rangga benci ketika dirinya jadi pusat perhatian karena merepotkan. "Gue beneran enggak apa-apa, please."
"Udah, Shafa, biar gue yang urus. Lo lanjutin aja rebus airnya." Hadyan mengambil alih.
Rangga membiarkan Hadyan menuntunnya duduk meski separuh hatinya benci dibantu seperti ini. Kaki cacatnya membuatnya tak bisa melakukan apapun ketika orang-orang sibuk saling mengurus satu sama lain. Dia bahkan tak bisa mengurus dirinya sendiri. Dia tak bisa berjalan sendiri untuk bergabung duduk di depan api unggun saat makan malam tanpa bantuan orang lain. Dia tak melakukan apapun di sini selain merepotkan orang-orang di sekitarnya.
"Gue enggak apa-apa, Yan," pasrah Rangga saat Hadyan mulai penasaran dengan luka di tangannya.
"Orang gila pun tahu kalo lo kenapa-napa."
Hadyan menyiram luka bakar Rangga dengan air dinginㅡair yang selalu mereka hemat sebab tak ada yang tahu kapan hujan akan kembali turun. Lalu seperti yang dikatakan Shafa, kulitnya mulai mengelupas saat air menyentuh lukanya.
"Luka kayak gini sembuhnya bakal lama banget, loh. Mana kita tinggal di tempat kotor. Lo harus pinter-pinter jaga luka lo, oke?"
Rangga tak menjawab. Setelah ini, mungkin dia akan makin merepotkan dari sebelumnya. Padahal, sekecil apapun kemungkinannya, dia ingin luka kakinya yang makin hari makin membusuk ini segera sembuh agar dia dapat membantu teman-temannya beraktivitas. Sekarang, dia malah mendapat luka baru.
Meninggalkan kegaduhan Rangga pagi ini, di dalam gubuk, Tama dan Julian menemani Sehan yang baru siuman saat Shafa memekik beberapa saat lalu. Tiga orang itu adalah sahabat yang nyaris tak pernah bermusuhan selama mereka berada di tim dan asrama yang sama, hingga rasanya akan ganjil ketika melihat mereka tak berjalan bersama-sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebelum Fajar
FanfictionCakrawala dan Arunika adalah sebelum fajar yang menanti fajar. Di pulau tak berpenghuni itu, mereka belajar bagaimana ego dikesampingkan demi menyelamatkan nyawa. Di pulau tak berpenghuni itu, mereka merasakan setiap rintangan seolah benang yang men...