BAGIAN 35
SEBELUM FAJAR
©NAYLTAE
2023.
.
.
SULIT berada di tengah kebimbangan antara menetap dan kembali. Sehan pernah berharap untuk terjebak selama-lamanya di pulau sepi ini setelah Julian pergi dari hidupnya. Sehan juga sempat berharap agar dirinya turut mati kala mengingat bahwa dia tak punya satu pun tempat untuk kembali.
Di kepalanya, Sehan kembali menapaki pulau ini. Aroma asin dan amis laut masih familier, bedanya, tak ada siapa-siapa selain Julian yang melambai ceria ke arahnya di bibir pantai di depan sana. Haru dan bingung, Sehan melangkah mendekat perlahan-lahan.
Apa yang dia dapati di hadapannya saat ini adalah realisasi atas harapan yang tak diduga-duga. Pada setiap langkahnya, berkali-kali Sehan menggumamkan nama Julian, sedangkan matanya tak lepas dari sosok cerah itu. Barangkali, Sehan kepalang takut kehilangan Julian lagi. Barangkali, dia khawatir Julian akan menghilang saat dia tak sengaja mengedipkan matanya barang sekali.
"Jul? Lo pulang beneran?"
Julian hanya tersenyum. Sehan anggap respons itu sebagai sebuah jawaban. Namun, saat melangkah kakinya sekali bermaksud mendekap rindu sang kawan, Julian justru menjauh ke belakang.
"Gue enggak sehebat itu, ternyata. Gue enggak bisa berenang."
Sehan yang semula datang bersama harapan-harapannya, sekarang total ditimpa kabar buruk yang sejak awal menggantung tak pasti di atas kepalanya. Kabar yang sumpah mati enggan Sehan dengar tentang Julian. Betapa dia ingin kembali menangis berteriak karena harus mendengar hal itu langsung dari sang sahabat.
"Enggak, lo masih bisa pulang, kok." Sehan kembali mendekat, tetapi Juliah tak mau kalah menjauh.
"Gue mampir bukan buat pulang, tapi buat ngobrol sama lo."
"Pulang dulu." Sehan berkata serupa titah, tetapi ada ketakutan di baliknya.
"Gue enggak bisa pulang karena cuma kalian bertiga yang selamat. Lo, Iqbal, dan Arjuna."
"Gue bilang pulang, bangsat!" Napas Sehan bertalu tak beraturan, kemudian terasa sesak saat dia menatap wajah Julian yang sialnya terlihat seolah benar-benar enggan untuk pulang. "Gue enggak mau sendirian, Jul. Gue harus pulang ke mana? Gue enggak bisa jadi atlet lagi, gue enggak punya rumah, gue enggak punya orang tua..."
"Lo punya semuanya, Han. Lo cuma harus terima kalau semua yang lo butuhin adalah orang-orang yang saat ini lo benci. Sejauh apapun lo kabur, bukan gue rumah lo, tapi mereka."
Lantas, memori Sehan kembali menjajaki adegan-adegan menyakitkan dahulu. "Lo bisa ngomong gitu bahkan ketika lo tahu gimana keadaan gue selama ini?"
Julian tersenyum. "Ya, gue bisa ngomong gitu karena gue tahu keadaan lo selama ini."
Sehan bertanya-tanya. Bagaimana Julian bisa berkata kontras dengan pengalamannya? Sejak kecil, sejak mereka berteman, Julian adalah yang paling banyak menyaksikan Sehan saat berada di sisi keluarganya. Julian sadar betul setelah ayahnya tiada, sebagian besar hidupnya dia habiskan bersama pria itu. Apa yang selama ini Julian pikirkan tentang dirinya dan hidupnya?
"Apa yang lo tahu, Jul?"
"Orang tua lo sayang sama lo, bahkan ayah tiri lo."
"Enggak." Sehan menggeleng. "Mereka enggak sayang gue."
"Mereka selalu kangen sama lo, dateng ke asrama tanpa sepengetahuan lo buat mastiin lo baik-baik aja. Mereka, terlebih mama lo, sadar sama kesalahannya di waktu lo kecil." Julian menghela napas pelan, duduk di atas pasir dengan pandangan membelakangi lawan bicara. "Udah bertahun-tahun, Han, lo harus berdamai sama keluarga lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebelum Fajar
FanficCakrawala dan Arunika adalah sebelum fajar yang menanti fajar. Di pulau tak berpenghuni itu, mereka belajar bagaimana ego dikesampingkan demi menyelamatkan nyawa. Di pulau tak berpenghuni itu, mereka merasakan setiap rintangan seolah benang yang men...