•Cerita 10: _Cinta Sejati

1.4K 70 13
                                    

Karin meremas-remas jemarinya sendiri karena gugup. Berulang kali dia mengambil napas dan membuangnya perlahan. Kedua bola matanya juga dia larikan ke segala arah. Rasa gugup dan gelisah bercampur menjadi satu.

Ini memang malam pertama dirinya sah menjadi istri seorang Pandu Yudatama. Wajar jika dia merasa gugup meskipun pernikahan mereka karena perjodohan. Keinginan Ibu Pandu lebih tepatnya. Dia adalah menantu pilihan sang ibu mertua.

Lamaran diadakan satu bulan yang lalu. Setelah menjadi tunangan Pandu hingga beberapa hari setelahnya, dia merasa yakin jika Pandu menerimanya dengan tulus. Pria itu baik dan ramah terhadapnya. Bahkan Pandu sering menanyakan pendapat dan kemauannya saat mereka membuat janji pergi bersama.

Ya..... awalnya memang dia yakin. Tapi kemudian, dia tanpa sengaja melihat Pandu memandangi sosok perempuan cantik di layar ponselnya. Bahkan calon suaminya itu tampak memejamkan mata seakan begitu merindukan sosok dalam layar ponselnya itu.

Sejak hari itulah Karin yakin, Pandu mempunyai perempuan yang dia cintai. Entah apa dan bagaimana, Karin tentu tak berani menanyakannya. Persiapan pernikahan sedang dilakukan, tidak mungkin bagi Karin untuk mengacaukannya jika nekat bertanya. Satu hal yang Karin lihat, sikap Pandu terhadapnya masih sama, tetap baik dan selalu menghargainya.

Karena itu, Karin bertekad untuk merebut hati Pandu setelah mereka menikah. Dia akan berusaha sebaik mungkin agar Pandu jatuh hati padanya. Dia akan berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi istri yang baik dan menyenangkan sang suami.

"Melamun, Rin?" tanya Pandu berdiri di hadapan Karin yang duduk di tepi ranjang.

Perempuan itu tentu terkejut dan segera mendongak melihat wajah Pandu. Seketika pipinya bersemu merah saat mendapati sang suami bertelanjang dada dan hanya berbalut handuk yang melilit pinggang. Dia pun langsung menundukkan pandangannya kembali.

"Suamimu bertanya, Rin..... kenapa nggak dijawab?" tanya Pandu lagi sembari membungkuk dan mengangkat dagu Karin.

"Mmm..... itu..... aku malu melihat Mas..... nggak pakai baju," cicit Karin pelan.

Pandu tertawa. Karin hanya bisa menatapnya. Terpesona, tentu saja Karin terpesona. Suaminya adalah sosok pria yang sempurna. Senyumnya menawan, wajahnya rupawan, tubuhnya juga tinggi tegap dan atletis. Sungguh mahakarya Tuhan yang sempurna.

"Melamun lagi hmm?" tanya Pandu lirih.

Wajah pria itu kini tepat di hadapan wajah Karin. Sontak Karin pun terkejut dan berniat menjauh. Tapi Pandu lebih dulu memegangi tengkuknya. Keduanya saling menatap dalam. Hingga kemudian Pandu memberi kecupan di kening, lalu hidung, pipi kiri dan terakhir di bibir mungil Karin. Mereka lalu kembali bertatapan.

Jangan tanyakan lagi bagaimana kondisi jantung Karin. Jantungnya berdebar sangat kencang, seakan bisa mendobrak dan menghancurkan dadanya dalam sekejap. Apalagi saat Pandu kemudian mengelus ujung bibirnya, membuat napas Karin terasa tercekat.

"Sekarang ini milikku kan?" bisik Pandu masih mengelus bibir Karin.

Perempuan itu pun mengangguk perlahan. Dan detik berikutnya, Pandu memagut benda kenyal itu sembari mendekap Karin dan membawanya jatuh ke atas ranjang.

_
_
_
_
_

3 tahun pun berlalu tanpa terasa. Pernikahan mereka berjalan baik dan harmonis. Mereka memang terkadang sekali dua kali ada beda pendapat. Tapi kelembutan Karin dan kebijaksanaan Pandu selalu dapat mengatasi perbedaan itu. Hari-hari pernikahan mereka nyaris tidak pernah ada pertengkaran. Mereka adalah pasangan yang sama-sama berpikiran dewasa. Tapi hingga kini, tidak pernah ada ungkapan cinta satu sama lain dari mereka masing-masing.

Kumpulan "ONESHOT STORY"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang