Dengan gerakan yang cekatan, Clarissa membereskan piring-piring dan gelas-gelas bekas makan para pembeli, kemudian membawanya ke belakang. Setelah menaruh semuanya ke tempat cuci, gadis berusia 17 tahun itu kembali ke depan. Dia mengelapi meja yang dibereskannya tadi. Dia juga menata kembali tempat sendok, tisu, sedotan dan kaleng kerupuk yang ada di atas meja dengan rapi. Setelah memastikan meja itu bersih, Clarissa kembali ke belakang dan mulai mencuci semua piring dan gelas kotor tadi.
"Ris," tegur Bu Sari pemilik warung makan tempat Clarissa bekerja.
"Ya, Bu?" sahut Clarissa menoleh, sementara kedua tangannya masih sibuk membilas piring dengan air bersih.
"Sebelum pulang, jangan lupa makan dulu..... Terus lauk di kresek putih di atas etalase itu, juga jangan lupa dibawa nanti..... buat sarapan kamu besok sebelum berangkat sekolah," ucap Bu Sari.
"Aku sudah dapat upah, tapi Ibu tiap hari nyuruh bawa pulang makanan..... lama-lama aku jadi nggak enak loh, Bu," balas Clarissa.
Bu Sari tersenyum lembut. "Apa kamu menganggap Ibu ini orang lain, Ris? Ibu ini ibu kamu loh."
Clarissa tertawa pelan. "Ibu sudah seperti Ibu kandungku sendiri sejak aku masih bayi."
"Karena itu, jangan merasa sungkan sama Ibu ya. Meskipun warung makan Ibu ini kecil, tapi Alhamdulillah selama ini bisa untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan juga untuk membiayai sekolah Fadil. Warung ini nggak akan rugi meskipun Ibu memintamu membawa makanan pulang setiap hari. Jadi..... Ibu harap, Ibu nggak mendengar lagi kamu bicara seperti tadi ya?" tutur Bu Sari.
Clarissa tersenyum sembari mengangguk mengiyakan. "Aku sangat bersyukur karena masih punya Ibu dan juga Fadil yang mau memperlakukanku dengan sangat baik, meskipun kalian bukan keluarga kandungku. Justru..... Ayah kandungku sendiri malah rajin menyiksaku jika ada kesempatan."
"Damar itu mungkin memang sudah sinting. Ayah macam apa yang nggak pernah menafkahi, tapi justru rajin memukuli darah dagingnya sendiri. Sepertinya Ayahmu itu sudah kebanyakan mengonsumsi miras, makanya otaknya jadi miring dan agak lain. Huft..... Ibu jadi ingat waktu kamu ditenggelamkan di kolam milik tetangga sebelah rumahmu. Untung saja waktu itu Bu Sukma teriak-teriak minta tolong," ucap Bu Sari.
"Aku pikir hari itu aku akan mati dan menyusul Ibuku ke alam baka. Tapi aku masih diberi kesempatan untuk hidup berkat bantuan tetangga-tetanggaku yang baik dan peduli padaku. Semoga masa depanku nanti cerah dan bisa menjadi orang sukses supaya aku bisa membalas kebaikan mereka..... Terutama Ibu Sari dan Fadil," ucap Clarissa.
Bu Sari tersenyum lembut sembari mengaminkan harapan gadis piatu anak tetangganya itu. "Ayahmu masih sering mabuk dan main judi sampai nggak pulang berhari-hari?"
"Masihlah, Bu..... kerjaan Ayah kan memang hanya seperti itu dari dulu. Kalau kalah judi, pasti aku yang kena amukannya saat dia pulang. Selalu seperti itu kebiasaannya sampai aku muak dan mulai memberanikan diri melawannya belakangan ini," ucap Clarissa.
"Harus, Ris..... Kamu harus berani untuk melindungi diri. Kalau perlu, kamu juga bisa lawan balik pukulannya," balas Bu Sari.
Clarissa tertawa. "Pukulanku mana berasa di badan Ayah yang besar itu sih, Bu..... Ibu ini ada-ada saja."
"Iya juga ya," balas Bu Sari membenarkan perkataan Clarissa. "Tubuh kamu kecil begini, padahal Ayahmu tinggi besar..... Rima Ibumu juga punya badan tinggi loh."
Clarissa tertawa. "Mungkin aku memang kurang gizi sejak dalam kandungan, Bu..... jadi nggak mewarisi tubuh tinggi Ayah dan Ibu."
Kedua perempuan beda generasi itu kembali tertawa. Bu Sari hanya bisa berdoa semoga sosok gadis jelita di hadapannya itu akan terus kuat dengan semua kekerasan yang sering dilakukan Damar. Wanita paruh baya itu juga berjanji pada dirinya sendiri, selagi dirinya mampu, dia akan terus membantu Clarissa sebisanya. Bu Sari sangat prihatin dengan nasib yang dialami Clarissa yang sedari kecil sudah harus mendapatkan kekerasan fisik dan kata-kata kasar dari orang tuanya sendiri. Apalagi setelah kematian Rima--Ibu Clarissa saat gadis itu berusia 6 tahun, Ayahnya jadi lebih sering menganiayanya. Kalau bukan karena sering ditolong para tetangga, mungkin Clarissa sudah tewas di tangan Damar sejak dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan "ONESHOT STORY"
Random[20+]..... Berisi kumpulan cerita tamat yang berbeda-beda judul di setiap babnya. Semoga terhibur..... #UP pertama 16 Juni 2022#