"Saya akan usahakan uang itu secepatnya, Pak," ucap Anna sembari menempelkan ponsel ke telinganya dengan wajah kalut.
".........."
"Dua hari? Tidak bisakah memberi saya kelonggaran lagi?" tanya Anna putus asa.
".........."
"Saya tidak ingin masuk penjara, Pak..... Baiklah, saya akan usahakan membayarnya lusa nanti," ucap Anna agar pembicaraan mereka segera berakhir.
".........."
"Baik, Pak. Terima kasih," ucap Anna.
Gadis itu menutup panggilannya, lalu mendesah frustasi. Dia memijit pangkal hidungnya, terlalu pusing memikirkan bagaimana cara untuk segera mendapatkan uang. Dia harus segera melunasi hutang sang Ayah yang beliau pinjam dulu.
"Berapa jumlah hutangmu, An?" tanya seorang pria di belakang Anna.
Gadis berseragam perawat itu sontak membalikkan badan karena terkejut. "Dokter Nathan?"
"Kamu belum menjawab pertanyaanku, Gianna Florencia," ucap Nathan.
Anna menatap Dokter muda di hadapannya yang biasanya ramah itu. Dia adalah perawat yang bertugas menjadi staf di ruang praktik Nathan. Sejak bergabung di Rumah Sakit ini enam bulan yang lalu, dirinya cukup beruntung menjadi partner kerja Dokter umum tersebut. Setengah jam yang lalu jam praktik mereka telah selesai. Dia pikir Nathan sudah pulang, tapi ternyata Dokter itu muncul lagi di ruang kerja mereka. Dia tidak tahu sejak kapan pria itu mendengarkan percakapannya di telepon tadi.
"Anna? Saya menunggu jawaban kamu," ucap Nathan.
Anna menunduk. "170 juta, Dok."
"Kamu yang berhutang?" tanya Nathan.
Anna menggeleng. "Mendiang Ayah saya dulu meminjam uang untuk biaya pengobatan Ibu..... meskipun pada akhirnya Ibu meninggal, Ayah baru bisa mencicil hutang itu beberapa kali. Tapi saat Ayah kemudian meninggal karena kecelakaan, hutang itu tak lagi terbayar. Setelah enam bulan kepergian Ayah, pihak kantor mendatangi saya untuk meminta pelunasannya. Mereka memberi waktu saya tiga bulan untuk menyelesaikan hutang itu..... Dan lusa adalah batas akhir pembayarannya. Kalau saya tidak bisa membayarnya, mereka terpaksa menggunakan jalur hukum."
Anna menyeka air mata di pipinya. Dia benar-benar menghadapi jalan buntu. Setelah selama ini dia bersusah payah berusaha untuk menyelesaikan kuliah dan akhirnya bisa bekerja, tapi belakangan ini pikirannya menjadi kacau karena hutang itu.
"Kamu akan kena sanksi dan denda oleh pihak Rumah Sakit jika sampai terkena kasus hukum dan berhenti kerja sebelum waktunya," ucap Nathan.
Anna tergugu, semakin menyadari jika hidupnya benar-benar akan menjadi kacau. Topeng keceriaan yang selama ini dikenakannya di hadapan orang lain, kini hancurlah sudah. Nathan kemudian menarik beberapa lembar tisu dan memberikannya pada Anna.
"Saya akan membantu melunasi hutang kamu asalkan kamu juga bersedia melakukan sesuatu untuk saya," ucap Nathan.
Anna mengangkat wajah sembabnya lalu memandang wajah tampan di hadapannya itu. "Kalau saya bisa melakukannya, saya akan membantu Anda, Dok..... asalkan saya bisa keluar dari permasalahan hutang ini. Uang 170 juta bagi saya terlalu banyak..... Saya tidak akan sanggup..... Saya harus melakukan apa untuk Anda, Dok?"
Nathan memasukkan kedua tangannya ke saku celananya. Jas putihnya sudah dia lepas dan dia taruh di mobil saat hendak pulang tadi. Dia bahkan sudah setengah perjalanan, tapi tiba-tiba dia ingat ponselnya tertinggal di dalam laci meja kerjanya. Jika tak kembali ke ruangannya, dia tak akan tahu jika Anna masih berada di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan "ONESHOT STORY"
Random[20+]..... Berisi kumpulan cerita tamat yang berbeda-beda judul di setiap babnya. Semoga terhibur..... #UP pertama 16 Juni 2022#