•Cerita 23: _Sekedar Kesepakatan

696 64 28
                                    

Mayra melangkah pelan dan mengendap-endap memasuki rumah melalui pintu belakang. Tadi dia sudah mengirim pesan pada Bi Asih agar tidak mengunci pintu belakang. Malam ini sudah lewat pukul sepuluh dan pasti akan jadi masalah besar jika dirinya ketahuan baru pulang. Dia bukannya sengaja mencari masalah, tapi acara bersama rekan kantornya tadi sungguh tak bisa dia hindari.

Mayra menghela napas lega saat mendapati ruang keluarga dan ruangan lainnya di lantai satu itu tidak ada orang. Lalu dengan langkah cepat, dia bergegas menaiki tangga untuk menuju ke kamarnya di lantai dua. Setelah celingukan memperhatikan sekitar, dia pun membuka pintu kamar. Tapi alangkah terkejutnya dia saat mendapati kedua orang tua dan kedua kakaknya justru tengah duduk di sofa di dalam kamarnya itu.

"Bagus ya jam segini baru pulang! Nggak bisa lihat sekarang jam berapa?!" ucap sang Mama dengan wajah garang dan suara ketus.

Mayra pun hanya bisa meneguk saliva dengan susah payah. Dia menundukkan wajah, menghindari tatapan tajam dari keempat orang dewasa di hadapannya itu

"Mau jadi apa kamu? Apa pantas seorang gadis pulang selarut ini? Orang akan mengecapmu sebagai gadis liar jika suka keluyuran nggak jelas sampai selarut ini," imbuh Bang Malik--kakak pertama Mayra.

Mayra sontak mengangkat wajah dan melayangkan tatapan protes. "Aku nggak keluyuran, Bang. Tadi kepala divisiku berulang tahun dan beliau mengajak semua bawahannya untuk merayakan..... Aku nggak mungkin menolak ajakan beliau..... rekanku semuanya ikut."

"Itulah alasannya kenapa kami nggak setuju kamu kerja di kantor orang dan jadi staf biasa. Kamu hanya akan jadi bawahan yang nggak punya kuasa apapun," ucap sang Mama.

"Tapi setidaknya aku bisa diterima kerja di sana karena usahaku sendiri, Ma," balas Mayra pelan.

"Cukup, Mayra Quenza Yudatama!" bentak sang Papa sembari menatap tajam putri bungsunya itu. "Apa belum cukup kamu mempermalukan nama keluarga dengan jadi anak pemberontak selama ini?! Kamu masih belum puas dan berniat merusak citra baik keluarga, hah?! Apa yang akan digunjingkan orang mengenai keluarga Yudatama jika mereka mengetahui jika putri bungsu anggota Dewan keluyuran hingga larut malam? Kamu sengaja ingin membuang kotoran ke wajah orang tua? Kamu mau Papa dan Mamamu disorot buruk oleh media?!"

"Orang di luaran sana dan juga media nggak tahu kalau putri bungsu Yudatama itu aku, Pa," balas Mayra dengan suara sehalus mungkin.

Mendengar sahutan Mayra, Bang Malik segera mendekat dan langsung memberikan sebuah tamparan ke pipi kiri adik bungsunya itu. "Kamu memang pembangkang! Selalu saja membantah kalau diberi nasehat."

Mayra hanya memegangi pipi kirinya dengan dada yang bergemuruh hebat. Meskipun dia sudah terbiasa diperlakukan kasar oleh keluarganya, tapi tetap saja sudut hatinya terasa nyeri setiap kali diperlakukan seperti ini. Mungkin dulu dia hanya bisa menangis setelah diperlakukan kasar. Tapi setelah bertahun-tahun sering ditekan oleh keluarganya, dia sekarang sudah lebih bisa menguasai diri agar tidak terlihat rapuh di depan keluarganya.

"Aku minta maaf..... Aku janji nggak akan mengulanginya lagi," ucap Mayra kemudian mengalah agar situasi tidak bertambah runyam.

"Sekali lagi kamu melakukan sesuatu yang berpotensi mencoreng nama baik keluarga dan membuat orang berasumsi buruk terhadap Papa dan Mama sebagai anggota Dewan, Papa sendiri yang akan membuatmu dipecat dari tempatmu bekerja. Dan Papa akan mengirimmu ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikanmu," ucap sang Papa lalu bangkit dari sofa. "Ingat itu baik-baik, Mayra!"

Papa, Mama dan Bang Malik kemudian keluar dari kamar Mayra. Sedangkan kakak kedua Mayra--Kak Meisya kemudian mendekati sang adik bungsu dan berdiri tepat di depannya.

"Kakak kan sudah menawari kamu untuk bergabung di kantor asuransi milik Kakak, tapi kamu nggak mau. Bang Malik juga mengajakmu bergabung di perusahaan telekomunikasi miliknya dan kamu juga menolak..... Tapi kamu justru bekerja di perusahaan milik orang..... dan hanya menjadi staf biasa. Kedua kakakmu sudah memiliki usaha sendiri, tapi kamu memilih bekerja pada orang lain. Kamu sadar nggak kalau kamu itu memang susah diatur..... Pembangkang kalau Bang Malik bilang," ucap Kak Meisya.

Kumpulan "ONESHOT STORY"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang