3

3.7K 509 12
                                    




" Taruh tasnya abis itu mandi trus makan." Ujar Nathan sembari menepuk pelan kepala sang anak. Raka mengangguk lalu bergegas menuju ke kamarnya.



Nathan menatap sekeliling apartemennya, memastikan tak ada yang mesti di bersihkan maupun di bereskan karna tadi pagi ia dan Raka sama-sama hampir terlambat karna main game bareng sampe larut malam. Lagipula apa yang harus di khawatirkan? Raka memang agak berantakan tapi anak itu selalu membereskan segala kekacauan yang ia timbulkan efek dari belajar, main game, belajar masak sama nyusunin lego. Dan Nathan juga percaya diri jika dia orangnya bersih dan apik.



Setelah memastikan tak ada lagi pekerjaan lain yang akan ia kerjakan, Nathan menuju ke kamarnya, menaruh map plastik yang ia bawa kemana-mana karna harus minta tanda tangan dosen pengujinya yang mendadak suka ilang-ilangan dan tak membalas ketika di chat.


Pemuda itu duduk sejenak di kursi belajarnya, menyandarkan punggungnya yang pegal sembari melamun.



" Haha. Bisa-bisanya." Tiba-tiba Nathan tertawa sendiri ketika ingatan di parkiran tadi melintas. Rey yang terlihat seperti anak gaul kampus menyatakan perasaan padanya. Bukan, bukan berarti tak ada anak hits kampus yang menyatakan perasaan padanya. Ada, banyak. Tapi Rey satu-satunya cowo yang melakukannya. Padahal dari penampilannya, Rey tidak terlihat seperti uke kebanyakan yang suka berpenampilan manis.





" Astaga. Malah melamun. Kan mau nyiapin makanan." Nathan tersentak setelah sadar jika ia harus memasak untuk dirinya dan anaknya.



*
*
*


" Pa?"


Nathan yang sedang menggoreng ayam itu menoleh dan mendapati Raka yang baru saja memasuki dapur.



" Biar Raka gantiin pa. Papa mandi dulu aja." Ujar Raka. Nathan mengangguk lalu mengelap tangannya yang sedikit berminyak ke serbet yang ada di dekatnya.



" Tinggal ini aja Rak. Yang lain udah selesai." Ujar Nathan sembari membuka apronnya. Raka mengangguk lalu segera menggantikan Nathan untuk berdiri di depan kompor lengkap dengan spatula di tangan.



" Beres pa."



" Yaudah kalo gitu papa mandi dulu."



Raka mengangguk lagi dan setelahnya Nathan berlalu dari dapur.



*
*
*



" Nggak! Gue ga bakalan nyerah!"



Teman-temannya hanya menggeleng tak habis fikir ketika Reykano lagi-lagi meracau. Pemuda yang sudah kadung tipsy itu sedari tadi marah-marah.



" Gue ga goblok goblok amat kali." Dengusnya sembari meneguk kembali birnya namun Haikal menahan tangan si pemuda Huang.



" Udah njing. Kalo lo mabok kita repot ini bangsat." Kesal Haikal. Reykano menepis tangan Haikal dan tanpa peduli meneguk kembali minuman beralkohol itu.



" Yakali dia umur segitu udah punya anak? Mana udah sekolah?! Umur kapan dah dia ngewenya?!" Seru Reykano lagi. Pemuda itu kini mengambil sebotol bir lalu meneguknya langsung dari sana. Haikal tak lagi melarang karna Reykano kalo udah mabok parah bisa mode senggol bacok.



Teman-temannya saling pandang.



" Aslinya sih emang ga masuk akal." Gumam Langit. Yang lain mengangguk setuju.



" Seandainya anak si Nathan paud atau TK nih, masa dia nikah ato punya anak di umur 16 taon?" Peter memajukan tubuhnya lebih mendekatkan diri ke teman-temannya karna suara dentuman musik terasa semakin berisik.



" Bisa aja sih." Jawab Arjuna sembari menyeruput lemonadenya.



" Tetep aja ga masuk akal sat. Mana keliatannya si Nathan kek anak baik-baik. Yakali suka ngewe pas masi bocah." Peter kembali mendebat.



" Udah yang paling bener kalo itu anak kakaknya. Gue juga suka bilang kalo anak kakak gue itu sebagai anak gue." Felix pun kembali mengajukan argumennya.



" Ya bisa aja. Karna gamau pacaran jadinya bikin alesan begitu. Phobia pacaran kali." Arjuna berucap. Haikal mengangguk lalu menoleh ke Reykano yang sudah benar-benar tumbang itu. Sedikit prihatin dengan kisah percintaan sang sahabat. Haikal tau benar jika baru kali ini Rey jatuh cinta untuk yang pertama kalinya. Tapi malah jatuh cinta sama cowo dan yang lebih parahnya lagi suka ama yang macem Nathan yang terkenal suka nolak orang pake alesan ga masuk akal.




" Pokoknya gue mau Nathan!"



Langit menggeleng tatkala Reykano kembali bangkit hanya untuk meracaukan kata itu.



" Lo anter balik deh Kal."



" Anj. Gue teros!"



Tapi meskipun protes, Haikal tetap bangkit dan menarik Reykano untuk berdiri.


" Yodah gue bawa pulang dulu anaknya sebelum ngajak gelud orang." Ujar Haikal sembari mengalungkan lengan Reykano ke pundaknya.



" Jan lupa balik sat." Peringat Peter.



" Iye. Mau jemput Johan juga sekalian."


*
*
*


" Sshh! Sialan!" Reykano terbangun dengan sakit kepala yang menderanya. Pemuda itu menatap sekeliling kamarnya sebelum bergerak bangkit hendak mengambil gelas di nakas yang ternyata sudah kosong itu.



" Anjing sakit banget kepala gue." Desisnya sebelum melangkah terseok keluar dari kamarnya untuk menuju ke dapur.



" Ke club lagi Rey?"



Di dapur Reykano berpapasan dengan sang mama. Reykano meringis.



" Maaf Ma." Ujarnya.



Wendy menghela nafas lelah sebelum berbalik dan mengambilkan gelas di meja makan lalu menuangkan air untuk sang anak.



" Makasi Ma." Reykano berucap lirih. Setelahnya sang ibu mengajaknya untuk duduk.




" Udah. Minum dulu."




Reykano manut dan mulai meminum air putih dingin itu untuk membasahi tenggorokannya yang kering menyakitkan.



" Udah jam 1 siang. Kamu ga ke kampus apa?" Wendy yang sedari tadi mengamati wajah kuyu sang anak kini kembali bertanya.



Reykano menggeleng.



" Enggak ma."



" Jangan keseringan mabuk-mabukan Rey."



" Iya Ma. Maaf."


" Tau sendiri kan kalo kamu mabuk kamu jadi suka ngajak orang berantem? Mama gamau ya kamu pulang luka-luka kayak dulu lagi."



Reykano lagi lagi mengangguk.



" Skripsi kamu sesulit itu ampe mabuk-mabukan segala?" Tanya Wendy lagi. Kali ini lebih lembut. Reykano menggeleng.



" Engga ma. Lagi pengen aja kemarin."



Wendy menghela nafas pelan.



" Untung ada Haikal. Jadi dia buru-buru bawa kamu pulang sebelum kamu berulah. Tapi sekalipun ada temen-temen kamu, mama harap jangan terlalu sering mabuk Rey."



" Iya Ma. Rey ngerti."



" Yaudah kalo gitu. Mama angetin dulu sop yang tadi udah mama bikinin buat kamu."


" Makasi Ma."



" Duh kayak gini kamu jadi kayak anak kucing Rey. Biasanya kayak serigala liar."



Reykano tak menanggapi cemoohan sang ibu karna sakit kepalanya semakin menjadi-jadi. Tapi pemuda itu sama sekali tak menyesal. Hanya dengan itu ia bisa melupakan sedikit sakit hatinya dari penolakan Nathan kemarin.



Tbc..

Young Parent | JaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang