5

3.2K 514 29
                                    



" Nath? Nathan?!"


Rey mempercepat langkahnya menyusul Nathan yang sedari tadi tak menggubrisnya.




" Oi tunggu njir-- Akh goblok! Ngerem mendadak bisa bikin kecelakaan lalu lintas woe!"



Rey mendumal karna hidungnya jadi sakit karna kejedot punggung Nathan yang tiba-tiba berhenti. Pemuda itu kini menatapnya intens.



" Apalagi?" Suara Nathan terdengar dingin.



" Lo marah?" Tanya Reykano sembari kembali mengusak hidungnya yang perih. Nathan mendengus lalu melanjutkan langkahnya yang tentu saja langsung di ekori Reykano.



" Kamu keterlaluan, paham? Tunangan? Tunangan apanya? Kamu jangan sembarangan membuat cerita." Ujarnya di antara langkah kakinya yang panjang. Reykano saja hampir kesulitan mengejarnya.



" Ya maap. Lagian ngapa dah dosen lo ganjen begitu make segala jodohin anaknya. Gue yang lagi berjuang ini kan jadi kesel." Dumal Reykano. Nathan menoleh, menatapnya tak habis fikir.



" Gue bisa kalah anjir. Anaknya dapet privilage emaknya sebagai dosen penguji elo. Kalo lo gamau di jodohin bisa bisa ga di kasih tanda tangan ntar. Gajadi wisuda deh."



Reykano ikut menghentikan langkahnya ketika Nathan sudah berdiri di samping mobil miliknya.



" Sudah bicaranya?" Tanya Nathan sembari bersiap membuka pintu mobilnya.



" Belum." Jawab Reykano cepat berharap Nathan akan berlama-lama dan menunggunya untuk kembali bicara. Tapi si pemuda malah membuka pintu mobilnya dan tanpa mengatakan apapun masuk ke dalam mobilnya dengan sedikit membanting pintu.



Di dalam mobilnya, Nathan menghela nafas pelan. Tak habis fikir dengan kelakuan mahasiswa yang mengaku dari jurusan DKV itu.


Tak lagi banyak berfikir, Nathan menarik seatbelt untuk di pasangkannya. Namun suara pintu mobil yang terbuka membuat ia mengurungkan kegiatannya.



Reykano disana, tersenyum lalu tanpa aba-aba duduk di seat di sebelahnya dan menutup pintu mobil.



Kali ini Nathan benar-benar cengo. Bahkan saat Reykano memakai seatbelt, Nathan masih saja terpaku.


" Oi. Malah ngelamun." Dengan santainya pemuda itu malah menegur Nathan bahkan mengambil alih seatbelt Nathan untuk di pasangkannya.



" Reykano?"


" Iya?" Jawab Rey sembari tersenyum manis.



" Kamu ngapain di mobil saya?" Tanya Nathan menahan marah.



" Anterin pulang dong. Gue ga bawa mobil."



" Gabisa. Mending kamu turun sekarang."



" Dih. Rumah gue deket ini. Nganter doang. Ntar gue isiin bensin deh. Kalo gamau di isiin bensin, ntar gue bayar ongkosnya."



" Nggak--"



" Jangan pelit pelit deh Nath. Cakep cakep kok pelit." Decih Reykano.



" Saya gabisa."


" Ya kenapa ga bisa? Lo alergi kalo mobil lo di naikin orang?" Reykano menaikkan alisnya.


Nathan menatapnya lama sebelum menjawab.



Young Parent | JaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang