19

2.9K 452 45
                                    




Setelah orang-orang pergi, Nathan menatap sang anak yang masih mengkhawatirkan Reykano.




" Rak? Bisa bantu papa?" Tanya Nathan membuat Raka menoleh.




" Iya pa?"




" Tolong cari apotik di sekitar sini trus beli ibuprofen sama krim hidrokortison ya Rak."



Raka mengangguk tanpa bertanya lebih lanjut.




" Nanti susul papa ke penginapan aja."



" Iya pa."



" Ku temenin Rak." Ujar Justin yang juga masih berada disana. Raka mengangguk lalu keduanya beranjak mencari apotik meninggalkan Nathan dan juga Reykano.



Nathan bangkit berdiri lalu setelahnya kembali mengangkat Reykano dalam gendongannya.




" Tahan ya. Raka lagi nyari obat." Ujar Nathan yang di angguki Reykano.



" Sorry. Lagi-lagi gue ngerepotin." Jawabnya lemah. Nathan tak menjawab, hanya menatapnya sekilas sebelum melanjutkan langkahnya menuju penginapan.



Orang-orang memperhatikan keduanya sepanjang jalan namun tak berani mendekat untuk bertanya karna raut datar Nathan seperti tak ingin di usik. Bahkan Sean, sang atasan hanya melihat keduanya dari kejauhan meskipun mendapat laporan sebelumnya dari Robin.



Nathan menidurkan Reykano di ranjang lalu duduk di sebelahnya, memperhatikan Reykano yang masih mengerang.



" Masih nyeri?" Tanya Nathan sembari mengusap keringat di dahi Reykano. Reykano mengangguk.



" Sakit banget rasanya Nath." Erangnya.



" Sabar ya. Raka lagi nyari obat buat pereda nyeri." Hiburnya.



" Gatel juga." Keluh Reykano. Nathan mengangguk, ia tau itu.



" Iya. Raka lagi beliin obatnya." Ujarnya.


Reykano meneguk ludahnya susah payah. Ia ingin kembali mengeluh, mengeluhkan badannya yang rasanya teramat letih itu. Tapi demi melihat raut wajah Nathan, Reykano berusaha menahannya.


Reykano mencoba untuk memejamkan matanya untuk tidur, namun rasa sakit dan nyeri di kakinya membuat ia harus kembali membuka matanya. Pemuda itu menggigit bibirnya agar tak lagi mengerang kesakitan dan membuat Nathan semakin cemas. Reykano tau, di balik wajah datarnya, Nathan tak bisa menyembunyikan sorot khawatir di matanya.



Di saat seperti ini, entah Reykano harus merasa senang atau sedih.



" Lain kali kamu harus lebih berhati-hati." Suara berat Nathan kembali terdengar. Reykano balas menatap Nathan yang kini tengah menatapnya.



" Saya juga nggak ngerti. Biasanya di tempat seperti ini jarang ada bulu babi. Tapi nggak ada salahnya lain kali kamu harus lebih berhati-hati." Ujarnya lagi karna Reykano tak menjawab.


" Iya." Balas Reykano pelan. Nathan masih menatapnya dengan sorot khawatir sebelum pemuda itu beralih menatap ke pintu masuk, berharap Raka segera datang.


Nathan kembali menatap Reykano ketika merasakan tangannya di tarik dengan pelan lalu di genggam.



" Kenapa? Sakit banget?" Tanya Nathan sembari menaruh tangan satunya di atas tangan Reykano yang tengah menggenggam tangannya.



Young Parent | JaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang