11 • DATANG SAATNYA

586 59 0
                                    

• 11 •
Bagaimana jika bukan dia?

•••

"Gue nggak akan kaget, kali ini." Atlantis memperhatikan pohon besar tempat Nia sebelumnya bersembunyi.

Dengan langkah besar dan wajah datar, Atlantis berjalan begitu saja melewati pohon tersebut.

Tapi, sebentar?

Atlantis sudah berjalan hampir 10 meter. Tapi, tidak ada tanda-tanda kemunculan gadis aneh itu.

"Tumben," gumamnya, merasa penasaran. Pria jangkung itu membalikan tubuhnya 90 derajat. Lalu melihat ke belakang.

Namun, tidak ada seorang pun di sana.

"Di mana, dia?"

Tapi, baguslah. Atlantis merasa lebih tenang dan damai kali ini. Tidak ada lagi gadis aneh yang selalu mengusiknya.

Beehenti di depan mobilnya, Atlantis kembali menoleh ke arah gedung sekolah.

Kepala Atlantis menggeleng cepat. "Apa peduli gue, kalau dia udah pulang atau nggak?!" Pria itu merutuki diri sendiri.

•••

"Apa?!" Fely meletakan sumpit di atas meja, mie yang dimasak oleh sepupunya itu, sudah tidak menggiurkan lagi.

"Iya, gue ada penelitian di Smartly."

"Tadi ... lo bilang namanya Nia, kan, Kak?"

"Iya, Nia. Oceania Chatrina. Lo kenal?"

Fely merapatkan bibir, menatap sekitar. "Oooh, dia. Nggak begitu kenal, tapi kita satu kelas, kok." Gadis cantik itu melebarkan senyum, lalu menyisipkan beberapa helai anak rambut ke telinga.

"Oh, teman sekelas lo?"

"Hmmm, bukan teman, sih. Hanya satu kelas."

"Oh, gitu." Haiden memperhatikan Fely, sepertinya sang sepupu memang tidak begitu akrab dengan Nia.

"Btw, Kak ... lo jangan terlalu dekat sama dia, deh. Lebih baik, lo cari orang lain aja, dan jangan ngelakuin penelitian lo di Smartly juga."

"Emangnya kenapa?" tanya Haiden penasaran. Tidak biasanya, Fely memberi usulan seperti itu.

"Dia cewek aneh, kak. Pokoknya, super duper aneh sampai di kelas itu nggak ada yang mau temenan sama dia."

"Oh, ya? Aneh gimana?"

"Pokoknya aneh, aja."

"Padahal menurut gue dia menggemaskan loh," kata Haiden tidak sependapat.

"Hah?" Alis Fely terangkat, wajah linglung tersebut. Menjelaskan betapa kaget dirinya.

"Gue harap lo bisa temenan baik sama dia, lagi pula kalian satu kelas, kan?"

"Gue?!" tanya Fely menunjuk dirinya sendiri. Dengan senyum kaku, Fely mengangguk.

•••

"Sekolah itu menyenangkan, tapi para Blobfish itu benar-benar menyebalkan!" Nia merebahkan dirinya, sambil berguling ke kanan dan kiri, mengadu pada Mari akan kejadian yang menimpanya hari ini.

"Pasti sulit bagimu. Lalu, bagaimana perkembangan hubunganmu dengan Atlantis?" Mari menopang dagunya, memperhatikan Nia fokus.

"Tidak banyak! Atlantis masih saya menolakku." Kembali ke dalam posisi duduk, dengan kaki bersila di atas kasur. "Tapi, jangan khawatir Marie, aku tidak akan menyerah dengan cepat."

"Aku menyemangatimu!"

"Tentu saja, harus! Ulah siapa aku sampai ke dunia ini?"

"Ha ha ha, I am sorry."

Putri Duyung Mencari Atlantis (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang