23 • TIPUAN DRAMA

503 63 0
                                    

• 23 •
Cerita baik dan buruk sulit dibedakan dari pendongeng

•••

Tiga sahahat yang masih mengenakan seragam sekolah mereka, memasuki ruangan ber-AC dengan bau obat-obatan.

"Tila, lo nggak apa-apa?" tanya Rea lebih dulu menghampiri gadis yang tengah duduk di hospital bed sambil membaca novel.

"Iya," jawab Tila lemah.

"Kami khawatir banget sama lo, Til." Sisil buka suara, menunjukan rasa cemas dengan wajah sedih.

"Makasih." Tila tersenyum kecil, menatap tiga sahabatnya yang tentunya sibuk. Namun, masih menyempatkan datang untuk membesuknya. Sorot mata Tila berpindah pada Fely. "Kak Atlantis baik-baik aja, kan?"

"Iya, dia baik-baik, aja." Fely menjawab, ia menepuk pundak Tila lembut. "Lo harus cepat sembuh dan balik ke sekolah, hampa banget rasanya kalau cuman bertiga doang."

"Iya, Tila. Gue setuju sama Fely," tambah Rea.

Tila hanya tersenyum tipis.

"Oh, iya. Foto gue waktu di tebing sama sunrise itu, bisa lo kirimin ke gue."

Rea diam. Menatap Sisil dan Fely bergantian.

"Hape gue jatuh ke tebing waktu mau nolongin lo, sedih banget." Sisil menoleh ke arah Fely. Bukan hanya ponsel milik Rea yang jadi korban. Tapi, Fely juga membuang ponsel Sisil tanpa izin.

"Iya, hape gue juga." Rea ikut-ikutan. Tapi dengan cepat, gadis mungil itu tertawa. "Sayang banget, padahal kita udah jauh-jauh buat ke sana."

"Iya," kata Tila menunduk sedih. Gadis itu kembali mendongak. "Dan, gue berhutang budi banget karena Kak Atlantis nyelamatin gue."

•••

Langkah Atlantis terhenti. Gadis yang ia kira sudah berhenti mengganggunya itu, kembali muncul di hadapannya.

Sudut kanan bibir Atlantis terangkat, mendekat ke arah Nia yang melihat datar ke arahnya. Gadis itu berdiri tepat di samping mobilnya yang terparkir rapi.

Menyadari Atlantis hanya berjarak beberapa meter darinya, Nia langsung berterus terang pada tujuannya.

"Atlantis," panggil Nia singkat.

"Apa lagi?!" sahut pria itu tidak ramah.

Kening Nia mengernyit, sepertinya suasana hati pria labil itu sedang buruk saat ini. Ia dalam bahaya, jika terus mengulur waktu.

"Juna mana, lo lihat dia, nggak?" tanya Nia to the point. Hanya Atlantis yang paling mengenal Juna. Itulah, alasan Nia mau tidak mau harus berhadapan lagi dengan pria itu.

"Nggak tahu, gue!" balas Atlantis kasar. "Dia pacar lo, bukan pacar gue!" tambahnya.

Bukannya memberikan jawaban, Nia malah merasa dirinya dimarahi habis-habisan oleh pria itu. Sungguh konyol!

Nia kembali dikejutkan, saat suara bantingan pintu mobil terdengar.

"Dasar cowok kasar!" umpat Nia lantang, sengaja agar Atlantis mendengarnya.

"Aku bisa, kok, nyari Juna sendiri!" kesal Nia, tubuhnya bergerak menepi secara spontan. Bagaimana tidak, mobil Atlantis bergerak maju dengan sengaja seolah ingin menabrak dirinya.

Tidak lama, mobil itu meninggalkan parkiran sekolah dan menghilang sepenuhnya dari radar Nia.

•••

Setelah keluar dari sekolah, Atlantis menepikan mobilnya. Beberapa kali dengan kasar, ia memukul setir untuk melampiaskan rasa kesalnya.

"Lagi pula, apa sih yang gue harapin?!" batin Atlantis tidak mengerti dirinya sendiri.

Putri Duyung Mencari Atlantis (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang