30 • GOOD BYE

570 63 3
                                    

• 30 •
Sama sekali tidak terduga. Hidup penuh kejutan.

•••

Seminggu kemudian.

Selesai kelas, gadis berambut ekor kuda itu menjadi siswa pertama yang keluar dari ruangan dengan penuh semangat.

Kakinya bergerak mahir, berkeliling beberapa tempat untuk mencari seorang pria.

Setelah berpikir panjang dan melakukan pengamatan. Nia akhirnya menemukan jawaban atas tebak-tebakan yang diberikan Atlantis padanya.

"Eh, Cupu!" panggilan itu menghentikan Nia.

Sial! Bisa-bisanya Nia bertemu dengan blobfish di saat seperti ini.

"Sudah berulang kali aku bilang namaku, Nia."

Fely tidak acuh, ia mendekat dan memperkecil jarak tubuhnya dengan Nia.

"Sejauh mana hubungan lo sama Kak Haiden?!"

Pertanyaan Fely itu membuat Nia kesulitan menjawabnya. Sejauh ini, hubungan mereka sama saja.

"Cara mengukurnya bagaimana?" tanya Nia polos.

Fely tersenyum sinis, tidak membuka kata lagi. Ia menabrak bahu Nia dengan bahunya dan pergi begitu saja.

Tubuh Nia menoleh, tangan kanannya memegang bahunya yang terasa sakit.

"Sebenarnya, apa sih yang dia mau tahu?"

•••

Atlantis duduk di tepi kolam taman, memandang air keruh yang menggenang itu. Beberapa kali, ia melirik jarum jam yang ada di tangannya.

Pikirannya berkelala bebas, namun satu yang pasti ia tengah menunggu seseorang.

"Atlantis!" teriakan itu membuat sudut bibirnya terangkat. Atlantis bangkit dari duduknya lalu menoleh. "Aku mencarimu ke mana-mana!"

Nia tiba setelah berlarian tidak punya tujuan untuk menemukan pria itu. Namun, pria bertubuh tinggi itu duduk santai tanpa rasa bersalah.

Nia menarik lalu menghembuskan napas kasar. "Aku tahu, siapa cewek berinisial O yang kamu sukai itu?!"

Atlantis tersenyum, menunggu jawaban gadis itu dalam diam namun harap.

"Aku punya dua jawaban."

Mendengar hal itu, Atlantis terlihat ragu. Keningnya berkerut. "Dua?"

"Iya, dua jawaban."

Sebenarnya, Atlantis tidak mengerti betul apa yang dimaksud Nia dengan dua jawaban. Tapi, ia akan mendengarkan kedua jawaban tersebut.

"Terserah."

"Cewek yang kamu sukai itu adalah Olive atau Odah, kan?!" tebak Nia sambil tersenyum penuh kemenangan. "Aku sudah menganalisis semua cewek berinisial O di sekolah ini, dan mereka dua kandidat yang paling mendekati dengan gadis yang kamu ceritakan!"

Mendengar itu, Atlantis mengusap wajahnya gusar. Sepertinya, cara berpikir gadis itu memang berbeda dari pada gadis pada umumnya.

"Aku benar, kan?"

Atlantis menggeleng lemah.

"Bagaimana bisa aku salah? Oliv itu cewek yang paling suka dengan warna merah, tas, buku, sepatu, bahkan jepitan rambutnya merah. Aku pikir dia pasti cocok dan cantik dengan baju warna merah! Sementara, Odah itu cewek paling unik di sekolah ini. Dia bisa makan tanpa bersuara, dan dia bisa menulis dengan kakinya."

Putri Duyung Mencari Atlantis (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang