31 • MANUSIA IKAN

565 53 1
                                    

• 31 •
Semua orang berubah, duyung pun demikian.

•••

"Atlantis!"

Pria itu tersentak saat Nia tiba-tiba muncul dari balik pohon. Kejadian ini sudah pernah ia alami, tapi rasanya masih saja asing.

"Lo ngangetin." Hanya kalimat singkat itu yang Atlantis lontarkan.

"Pengakuan cintamu lebih mengejutkanku." Nia membalas tidak mau kalah.

Gadis cantik itu mengekori Atlantis dengan setia, sesuai saran Mari ia harus tetap dekat dengan Atlantis agar bisa kembali ke lautan.

Kedua mata Nia tertutup, merasa cahaya mentari pagi kali ini menyilaukannya. Kedua belah tangan Nia bergerak berusaha menutup mata.

Tidak tahan, Nia segera berlari menghindari terik matahari yang harusnya tidak terasa seperti pagi-pagi sebelumnya.

Melihat tingkah Nia, Atlantis mengejar gadis yang sedang berteduh itu.

"Lo kenapa?"

"Nggak tahu, mata aku sakit dan kulit aku perih kena matahari."

Atlantis menatap langit yang bisa dibilang cerah, cuaca pagi ini pun hangat menurutnya.

"Kayaknya takut sama air aja belum cukup," lontar Atlantis. Membuka ransel lalu mengeluarkan jaket hitam dan memasangkannya di tubuh Nia.

"Makasih," kata Nia tidak biasa dengan perlakuan manis Atlantis.

Nia menoleh saat Atlantis meraih ujung dari helaian rambutnya yang berkibar.

"Lo ngecat rambut?" tanya Atlantis ingin tahu. Ia merasa ada yang berbeda dengan penampilan Nia.

Nia meraih sisi lain rambutnya, netranya melebar. Ada yang tidak beres. Nia tidak pernah mewarnai rambutnya, sejak awal ia tidak merubah fisik apapun dari Nia.

Kecuali, membuang kacamata tidak berguna itu. Tangan Nia meraba ujung rambut yang berwarna kemerahan itu hati-hati.

"Eh, iya," bohong Nia.

"Rambut merah juga kelihatan cantik buat lo." Atlantis meraih tudung kepala pada jaket yang Nia kenakan, menutupi kepala dan rambut gadis itu.

Tanpa izin, ia segera meraih tangan Nia. Menggenggamnya erat, sambil berjalan bersama memasuki gedung sekolah.

•••

Empat orang gadis itu berkumpul di kantin. Fely terlihat sibuk dengan ponselnya, sementara Sisil, Rea, dan Tila sedang menikmati cemilan mereka.

Setelah putus dengan mantan terakhirnya, Fely malas memulai hubungan baru. Ditambah stok pria tampan dan rupawan di Smartly juga bisa dibilang menipis. Pria teratas semuanya sudah ia taklukan.

Fely menopang dagu dengan kedua tangan, mengamati tiga sahabatnya tanpa minat. Hingga suara ricuh Sisil mengalihkan fokusnya.

"Lihat itu, gengs!" Sisil menunjuk seseorang yang menyita seluruh perhatiannya. "Setelah putus dengan Juna, apa akhirnya Atlantis kegoda juga dengan gadis aneh itu?"

"Nggak mungkin, lah!" bantah Rea cepat. Rea menatap Fely dalam. "Gimana perasaan lo, Fel? Lo baik-baik aja, kan?"

Fely menoleh ke arah Rea, menatap sahabatnya itu tajam.

"Gue nggak peduli, Atlantis dengan siapa saja, itu bukan urusan gue!" tegas Fely. Lagi pula, sejak awal ia tidak pernah menyukai pria itu.

Sisil dan Rea saling bertatapan, tingkah Fely akhir-akhir membingungkan mereka.

Putri Duyung Mencari Atlantis (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang