• 17 •
Memulai dari awal.•••
Keesokan harinya di sekolah.
Masa damai Atlantis hanya berlangsung kurang dari 24 jam. Kehadiran gadis setengah sinting itu membuat Atlantis menjadi mumet di pagi hari.
"Aku nggak masuk sekolah kemarin Atlantis, aku sakit," jelas Nia tanpa di minta, ia mengekori Atlantis ke kanan dan ke kiri.
"Terus, lo pikir gue peduli?" Atlantis meletakan sapu, beralih untuk membersihkan papan tulis.
Beberapa orang yang piket bersamanya, terlihat terganggu karena keberadaan Nia.
Nia menggeleng. "Tentu tidak, aku hanya memberi tahu. Jika saja kamu penasaran---" Belum selesai ia berucap, Atlantis memotongnya.
"Terserah," potong Atlantis. "Ikut sama gue!" Dengan gerakan cepat, ia menarik tangan Nia keluar dari kelasnya.
Nia senyum-senyum tidak karuan saat Atlantis mencengkram pergelangan tangannya. Meski terasa sakit, tidak masalah. Nia bisa menahannya.
Mereka berbelok ke arah ruang komputer, berada di depan lorong sepi itu. Atlantis melepaskan genggamannya.
Mata Nia berbinar, menatap pergelangan tangannya yang memerah.
"Atlantis, apa barusan itu ... kita gandengan?"
"Gila lo---" cerca Atlantis, namun fokusnya beralih pada pergelangan Nia. "Tangan lo nggak apa-apa?" tanyanya merasa bersalah.
Nia menggeleng cepat. "Tidak apa, aku baik-baik saja, hanya sedikit sakit tapi tidak terlalu sakit!" jawabnya bersemangat. Nia bahkan melakukan beberapa peregangan otot dan melompat tiga kali, menunjukan energi berlimpahnya.
"Yaudah kalau gitu." Atlantis memperhatikan sekitar, merasa aman saat tidak ada siapapun. "Lo jangan muncul di kelas gue. Orang-orang bakal bergosip aneh soal kita."
"Gosip aneh? Seperti apa?"
"Kita pacaran ---"
"Gosip seperti itu harus menjadi kenyataan!" sambar Nia penuh semangat.
"Gue nggak sudi, amit-amit."
Wajah Nia menekuk, sudah kali berapa Atlantis menolaknya.
"Baiklah, aku tidak akan ke kelasmu lagi!" kata Nia pelan, namun penuh penekanan. Seperti yang dikatakan Mari, Nia tidak boleh membuat Atlantis membencinya. Setidaknya, ia harus menurut untuk beberapa hal
"Aku mencintaimu, Atlantis!"Seperti biasa, menyatakan cinta pada pria dingin itu adalah keharusan. Berharap suatu saat, 100 ucapan cintanya itu dapat mencuci otak pria tersebut.
Atlantis menatap Nia. Diam sebentar, menatap manik indah milik gadis berwajah seputih susu di depannya.
"Lo ngomong apa tadi? ," pinta Atlantis. Ingin mendengar hal itu kembali.
"Satu kali saja, ya." Nia tidak punya banyak kesempatan, ia tidak ingin memakai ungkapan cinta melankolis itu secara sia-sia. "Aku mencintaimu Atlantis," kata Nia dengan senyum dipaksakan. Jika, yang pertama ketulusan. Maka, yang kedua adalah ... keharusan.
"Lo harus sering-sering nyatain cinta sama gue!" Atlantis mengangguk. Setelah mendengar hal tersebut, ia langsung membalikan badan dan pergi.
Menatap punggung Atlantis. Nia menarik napas panjang.
"Sepertinya tidak berhasil ...."
"Kamu melemah, cepat atau lambat kamu harus kembali ke lautan dan memerima hukuman atas kegagalan misi yang telah diberikan mutiara, atau lebih parahnya kamu bisa mati sebagai manusia di sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Putri Duyung Mencari Atlantis (COMPLETED)
Ficção AdolescenteCardenia adalah seorang putri duyung, ia meminta penyihir laut untuk menemukan Atlantis, tunangannya. Karena sebentar lagi, pernikahan mereka akan dilaksanakan dan Cardenia sangat menyukai Atlantis. Meski, ia tahu bahwa Atlantis memilih kabur denga...