Malam telah tiba. Audrey bernapas lega karena sudah melewati minggu pertamanya di Hogwarts. Ia duduk bersandar di ranjangnya seraya membaca surat-surat dari bibi dan pamannya.
Brak!
Pintu kamar terbuka lebar menampilkan Aleida dengan wajah pucatnya. Ia tanpa membuka sepatu langsung tiduran di ranjang. Audrey memutar matanya malas. Ia menutup pintu kamar dan menghampiri teman sekamarnya itu. "Hey." Ucap Audrey menepuk pipi Aleida pelan. Gadis Potter itu mengernyit setelah merasakan suhu badan Aleida yang tidak normal. "Shit. Al, you okay?"
Aleida mengerang dan meracau tidak jelas. Audrey membukakan sepatu temannya. "Al, kau sudah ke Hospital Wing?"
"No, no. No Hospital Wing. Aku cukup tidur saja." Racau Aleida. "Shit." Umpatnya. Ia terpaksa membuka mata, "Audrey, bisakah kau menolongku?"
"Sure." Jawab Audrey cepat.
"Hari ini jadwalku berpatroli. Bisakah kau menggantikanku? Hanya untuk hari ini saja. Pleaseeeeeeee. Aku sudah bolos beberapa kali." Mohonnya.
"Berpatroli? Maksudmu tugas Prefek?"
Aleida mengangguk, "please please please please pleas—"
Audrey mengangkat tangannya di udara menandakan berhenti. "Okay, okay! I'll do it." Audrey menghela napas panjang, rencana awalnya untuk berleha-leha malam ini hilang. "Dengan siapa aku berpatroli?"
"Oh Merlin, thank you!" Serunya memeluk Audrey. Aleida melepas pelukan setelah Audrey berdecak sebal. Ia menyengir polos dan kembali tiduran.
"Dengan siapa aku berpatroli, Al?" Tanya Audrey ulang.
"Regulus Black."
Regulus Black berdecak kesekian kalinya. Ia bersandar di sebelah lukisan asrama Slytherin menunggu partner Prefeknya datang. Tapi 15 menit berlalu dan Aleida tak kunjung datang juga. Ia benci orang yang telat. Menurutnya orang telat sangat tidak bisa menghargai waktu.
Lukisan asrama terbuka dari dalam menampilkan Audrey Potter. Lelaki itu mengernyit. Mengapa malam-malam seperti ini gadis itu berkeliaran memakai seragam lengkap.
"Oh helo." Gumam Audrey. Ia menyodorkan tangannya mengajak berjabat tangan yang hanya di tatap oleh Regulus. Setelah dirasa lelaki itu tidak mau membalasnya ia menurunkan tangannya. "Right. Kau pasti Regulus Black, partner patroli Aleida." Ucap Audrey. "I'm Audrey Potter, by the way."
Regulus hanya menatapnya tanpa membuka mulutnya. Audrey berdeham, "Aleida sakit. Jadi ia meminta—"
Omongannya terputus saat Regulus tiba-tiba jalan. "You little shit, aku belum selesai bicara!" Seru Audrey menyusul. Ia dengan cepat mensejajarkan langkah mereka, "Aleida sak—"
"Aku dengar."
Audrey berdecak kesal. Ia dengan sengaja menyelengkat kaki Regulus dan menahan tangannya agar lelaki itu tidak jatuh. "Dengarkan penjelasanku, Black!"
Sontak Regulus mendekati Audrey sampai ia merasakan tembok Hogwarts di punggungnya. Regulus meletakkan tangan kirinya tepat di sebelah gadis itu. Jarak di antara mereka mulai menipis, Regulus hanya menyisakan beberapa centi. "Jelaskan kalau begitu." Ucapnya pelan. Matanya menelusuri wajah gadis ikal di hadapannya.
Audrey meneguk ludahnya susah. Ia menjilat bibirnya yang tiba-tiba kering. Hal itu membuat Regulus berdecak. "Aleida sakit." Mulainya. Sebelum lelaki itu membuka mulutnya ia kembali berbicara, "Dan ia memintaku menggantikan tugas patrolinya. Hanya untuk malam ini."
"I know." Jawabnya singkat.
"You kne—"
Lagi dan lagi Regulus meninggalkannya. Lagi dan lagi Audrey harus mengejarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Great Pure-blood Dynasty | Regulus Black
फैनफिक्शन"There goes the last great pure-blood dynasty. The maddest woman this world has ever seen." - in which regulus black intrigued with the maddest woman at wizarding world. or - in which regulus has a weird feeling for a potter.